Fikes UB dan UNICEF Dorong Malang Raya Jadi Percontohan Wilayah Bebas Wasting dan Stunting
Kolaborasi FIKES dan Unicef atasi Wasting dan Stunting di Malang Raya pada Sabtu (14/12)--prasetya.ub.ac.id
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya (Fikes UB) menggandeng UNICEF dalam upaya besar menanggulangi wasting dan stunting. Dua isu ini adalah tantangan utama yang dianggap akan menghambat Indonesia mencetak generasi unggul menuju visi Indonesia Emas 2045.
Apa dan bagaimana upaya besar tersebut dibahas dalam Lokakarya Penanganan Wasting dan Penandatanganan Komitmen Bersama Menuju Generasi Malang Raya Bebas Wasting. Lokakarya diselenggarakan di Hotel Grand Mercure, Malang, akhir.pekan lalu.
Lokakarya ini melibatkan berbagai pihak. Mulai dari pemerintah daerah, organisasi masyarakat, hingga akademisi. Termasuk perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas.
Dalam lokakarya tersebut, Inti Wikanestri, Koordinator Perbaikan Gizi Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, menekankan pentingnya pendekatan berbasis kearifan lokal dalam mengatasi wasting dan stunting. Menurut dia, pemerintah daerah perlu menyesuaikan kebijakan nasional dengan konteks lokal.
"Misalnya dalam pemenuhan nutrisi ibu hamil sesuai sumber daya yang tersedia di wilayah masing-masing,” ujarnya.
Sementara Dekan Fikes UB Prof. Dian Handayani, SKM, M.Kes, Ph.D., menegaskan bahwa Fikes UB memiliki peran strategis dalam mengatasi wasting dan stunting. Dia menyoroti komitmen institusinya yang aktif melalui tiga pilar utama. Yakkni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
“Kami telah mengintegrasikan isu ini ke dalam kurikulum untuk mencetak tenaga kesehatan yang kompeten,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, Fikes UB juga bekerja sama dengan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) untuk memperkuat deteksi dini masalah gizi.
Dia menambahkan, melalui kolaborasi lintas sektor ini, Malang Raya diharapkan menjadi wilayah percontohan bebas wasting dan stunting. Pendekatan berbasis lokal dan pelibatan berbagai pihak diyakini mampu menciptakan SDM unggul yang sehat dan cerdas.
Sinergi jadi Kunci
Langkah ini, menurut Prof. Diah menegaskan bahwa sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat. Sinergi ini selanjutnya diyakini dapat menjadi solusi kunci untuk mengatasi permasalahan gizi yang menghambat pembangunan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
“Demi Indonesia Emas 2045, kita perlu memastikan setiap anak mendapatkan gizi yang optimal sejak dini,” tambah Prof. Dian.
Terpisah, Ketua Center of Excellence UB, Dr. Nia Novita Wirawan, S.TP., M.Sc., menjelaskan bahwa guru-guru PAUD dilatih untuk mengukur status gizi anak dan memantau kartu pertumbuhan. “Jika ditemukan tanda-tanda stunting atau wasting, penanganan dini dapat segera dilakukan,” tambahnya. (*)
Sumber: prasetya.ub.ac.id