1 tahun disway

AgTech-AI, Menumbuhkan Pangan dan Peluang Kerja

AgTech-AI, Menumbuhkan Pangan dan Peluang Kerja

--

5. Reformasi Kurikulum Teknologi Pertanian 

Sebagai bagian dari reformasi kurikulum dan transformasi pendidikan tinggi berbasis kecerdasan buatan, FTP-UB pada tahun 2025 meluncurkan program sertifikasi AI internasional bertajuk “AgroAI Frontier: International Certification for Applied Artificial Intelligence in Agricultural Technology”.

Program ini merupakan hasil kolaborasi antara FTP-UB melalui CoE Bio-AI dengan mitra lembaga pelatihan AI global yang bereputasi. Tujuannya adalah membekali mahasiswa baru sejak awal perkuliahan dengan pemahaman konseptual dan keterampilan praktis terkait pemanfaatan AI di berbagai cabang ilmu teknologi pertanian, termasuk ilmu pangan, bioteknologi, agroindustri, teknik pertanian, teknik bioproses, dan teknik lingkungan.

Program ini dirancang secara modular dan aplikatif, mencakup pengenalan machine learning, computer vision, natural language processing (NLP), generative AI, AI ethics and safety, serta penggunaan AI-assisted tools untuk problem solving berbasis data. Kurang lebih 2.000 mahasiswa (1000 mahasiswa baru dan 1000 mahasiswa lama) dan 90 dosen FTP-UB akan mengikuti pelatihan intensif dan memperoleh sertifikasi kompetensi AI bertaraf internasional, yang akan menjadi bekal penting dalam mengikuti tren riset global dan memasuki dunia kerja berbasis teknologi tinggi.

Selain mendukung interdisciplinary innovation, program “AgroAI Frontier” juga memperkuat posisi FTP-UB sebagai pionir pendidikan pertanian digital dan smart agroindustry di tingkat nasional dan internasional.

Dengan adanya program AgroAI Frontier ini, tidak hanya kapasitas akademik mahasiswa dan dosen FTP-UB yang meningkat secara signifikan, tetapi juga peran mereka sebagai agen transformasi digital di masyarakat turut diperkuat. Mahasiswa dan alumni yang telah memperoleh sertifikasi AI bertaraf internasional dari program ini akan mampu menjadi trainer, fasilitator lapangan, serta kader teknologi pertanian digital yang dapat melatih dan mendampingi petani serta pelaku agroindustri lokal dalam mengaplikasikan teknologi AI secara praktis.

Mereka akan menjembatani teknologi canggih dengan kebutuhan nyata di lapangan, seperti penggunaan aplikasi diagnosis penyakit tanaman berbasis computer vision, sistem prediksi cuaca dan hasil panen, asisten digital untuk pemupukan, hingga optimasi rantai pasok pertanian.

Dengan demikian, lulusan FTP-UB yang tersertifikasi AI tidak hanya siap bersaing secara global, tetapi juga menjadi pelopor pemberdayaan masyarakat tani menuju ekosistem pertanian presisi yang inklusif, mandiri, dan berbasis data.

Hal ini selaras dengan program Doctoral Global Teaching Fellowship (DGTF) yang telah dijalankan oleh para dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP-UB) dalam mendiseminasikan keilmuan di bidang AgTech-AI ke berbagai mitra perguruan tinggi internasional. Melalui DGTF, dosen-dosen FTP-UB tidak hanya mengajar di kancah global, tetapi juga membangun jejaring riset dan transfer pengetahuan dua arah yang memperkuat kapasitas institusi dalam pengembangan kurikulum, riset aplikatif, dan pengabdian berbasis teknologi mutakhir.

Kolaborasi internasional ini memperkaya materi program AgroAI Frontier, sekaligus mempercepat adopsi standar global dalam pendidikan dan pelatihan AI untuk sektor pertanian. Dengan demikian, sinergi antara program sertifikasi mahasiswa dan aktivitas global dosen FTP-UB menciptakan ekosistem pembelajaran yang holistik dan berdampak nyata, baik di tingkat lokal maupun global.

AI sebagai Pengungkit Ganda Ketahanan Pangan dan Kemandirian SDM

Riset AI di bidang pertanian bukanlah sekadar urusan teknologi, melainkan strategi pembangunan nasional yang menyentuh dua sasaran utama: peningkatan ketahanan pangan dan perluasan lapangan kerja berkualitas tinggi. Keterbatasan bukanlah alasan untuk stagnasi, tetapi menjadi dorongan untuk menciptakan solusi yang cerdas, hemat sumber daya, dan inklusif. Dengan kolaborasi lintas sektor, kebijakan yang mendukung, dan SDM yang siap, Indonesia memiliki peluang besar menjadikan AI sebagai katalisator transformasi pertanian menuju masa depan yang produktif, berdaulat, dan berkelanjutan. Saatnya memanen inovasi, dan menumbuhkan masa depan yang cerah, tidak hanya bagi sektor pangan, tetapi juga bagi generasi muda Indonesia.

*Prof. Yusuf Hendrawan, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya yang juga Founder CoE Bio-Artificial Intelligence

Sumber:

Berita Terkait