1 tahun disway

AgTech-AI, Menumbuhkan Pangan dan Peluang Kerja

AgTech-AI, Menumbuhkan Pangan dan Peluang Kerja

--

Alih-alih membangun sistem robotik mahal, riset AI pertanian di Indonesia sebaiknya fokus pada pengembangan teknologi tepat guna dengan algoritma hemat data berbasis infrastruktur sederhana: smartphone, sensor murah, dan citra satelit publik. Solusi semacam ini tidak hanya efektif tetapi juga menciptakan peluang kerja baru yang dapat dijangkau oleh lulusan teknologi pertanian.

Dalam konteks ini, Center of Excellent Bio-Artificial Intelligence (CoE Bio-AI) yang berada di bawah naungan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP-UB) berperan krusial sebagai pusat pengembangan solusi teknologi berbasis AI yang aplikatif, murah, dan tepat guna. CoE Bio-AI menjadi pusat penghasil prototipe model prediksi pertanian, sistem pemantauan berbasis AI, dan asisten digital petani yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat luas, termasuk oleh petani dengan keterbatasan infrastruktur digital.

Pendekatan Low-Tech/High-Impact dalam riset AI pertanian yang dikembangkan oleh CoE Bio-AI FTP-UB telah melahirkan berbagai jenis lapangan kerja baru yang aplikatif dan kontekstual. Mulai dari operator dan teknisi sensor IoT, pengendali drone pemantau lahan, pengumpul dan anotator data lapangan, hingga pengembang konten AI agrikultur.

Selain itu, muncul pula peran strategis seperti penyuluh digital, tester sistem AI, dan kader teknologi pertanian yang menjadi jembatan inovasi ke masyarakat desa. Seluruh peran ini juga memperkuat ekosistem adopsi teknologi secara inklusif dan berkelanjutan di sektor agroindustri nasional.

2. Kolaborasi Multi-Pihak dan Ekosistem Inovasi

Keberhasilan riset AI tidak mungkin dicapai tanpa kemitraan kuat antara akademisi, lembaga riset nasional dan internasional, praktisi pertanian, pemerintah, industri teknologi AI, dan petani sebagai pengguna akhir. Ekosistem ini menjadi lahan subur bagi tumbuhnya startup pertanian digital dan inkubasi bisnis AgTech-AI yang mampu menyerap tenaga kerja inovatif.

3. Pembangunan Basis Data Pertanian Nasional

Data menjadi bahan bakar AI. Oleh karena itu, proyek berskala nasional untuk mengumpulkan dan mengelola data pertanian (open-access) sangat mendesak. Open-access data pertanian merupakan fondasi utama bagi sistem pangan nasional yang berbasis pengetahuan dan teknologi.

Dengan menyediakan akses terbuka terhadap data cuaca, jenis tanah, pola tanam, harga komoditas, hasil panen, serta persebaran hama dan penyakit dapat diakses secara real-time dan historis oleh berbagai pihak. Mulai dari petani, peneliti, pembuat kebijakan, hingga startup pertanian dapat membuat keputusan yang lebih tepat, adaptif, dan efisien.

Open-access ini memungkinkan pengembangan model AI yang lebih akurat untuk prediksi hasil panen, mitigasi risiko iklim, serta efisiensi distribusi hasil pertanian. Dalam konteks pembangunan lumbung pangan, sistem ini mendukung perencanaan produksi nasional secara terintegrasi, mencegah surplus atau defisit pangan, serta memastikan keterjangkauan dan ketersediaan pangan dari hulu ke hilir.

Pemanfaatan open-access data pertanian juga bisa membuka beragam lapangan kerja baru berbasis data dan teknologi. Dengan ketersediaan data terbuka, berbagai profesi strategis muncul, seperti agricultural data engineer, data curator & validator, analis kebijakan open-access data, GIS specialist, hingga dashboard developer dan AI deployment specialist di lapangan. Selain itu, peran seperti community data mobilizer juga penting untuk memastikan partisipasi aktif petani dalam pengumpulan dan pemanfaatan data.

Ekosistem ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan nasional berbasis prediksi dan efisiensi, tetapi juga menciptakan spektrum pekerjaan baru bagi lulusan teknologi pertanian dan generasi muda pertanian digital.

4. Peningkatan Literasi Digital Petani dan Kader Teknologi

Diperlukan program pelatihan yang terstruktur untuk mencetak “dokter digital tanaman”, yaitu lulusan teknologi pertanian yang dibekali kemampuan di bidang AgTech-AI dan berperan sebagai pelatih serta pendamping petani dalam menerapkan teknologi kecerdasan buatan secara langsung di lapangan.

Pendekatan antarmuka berbasis ikon visual, suara, atau bahasa daerah sangat penting untuk menjangkau petani dengan literasi digital rendah. Inovasi alat AgTech-AI yang bersifat portabel, terjangkau, sederhana, mudah digunakan, dan tepat guna sangat penting untuk dikembangkan guna memastikan adopsi teknologi yang luas dan efektif di tingkat petani maupun pelaku agroindustri.

Sumber:

Berita Terkait