Inovasi Model Analisis Audio untuk Biodiversiti Hutan Kolombia, Mahasiswa FILKOM UB Ini Raih Penghargaan
Nazura Wirayuda Tama--prasetya.ub.ac.id
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Ini boleh disebut "mainnya kejauhan" tapi dalam konotasi positif. Betapa tidak! Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika (Prodi TI) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) ini ikut lomba yang diselenggarakan lembaga dari sebuah universitas di Amerika Serikat. Tema lomba, terkait hutan di Amerika Selatan!
Itulah yang dilakukan Nazura Wirayuda Tama. Mahasiswa Prodi TI FILKOM UB angkatan 2021 ini ikut kompetisi BirdCLEF+ 2025. Kompetisi internasional tersebut diselenggarakan oleh Cornell University Lab of Ornithology pada platform Kaggle.
Tema kompetisi yang juga didukung sepuluh institusi ternama di bidang konservasi, teknologi, dan bioakustik dari berbagai negara -termasuk Google Research, ini terkait hutan Magdalena Valley di negara Kolombia.
Peserta diminta membuat karya inovasi yang ditujukan untuk membantu upaya konservasi dan restorasi ekologis di hutan hujan yang merupakan salah satu hotspot keanekaragaman hayati yang terancam itu.
Yang mbois, di antara 2.025 peserta dari berbagai negara yang ikut lomba ini, Nazura ada di kelompok 10 persen peserta dengan karya inovasi terbaik. Tepatnya, karya inovasi Nazura menduduki peringkat 113 terbaik dari 2.025 peserta. Dia pun mendapat penghargaan berupa medali perunggu.
BACA JUGA:Kota Malang Terus Tempel Kota Surabaya di Klsemen Sementara Porprov Jatim 2025
Model Analisis Suara
Disampaikan Nazura bahwa, ketertarikan ikut kompetisi ini karena judulnya yang unik dan potensi datanya yang sangat relevan untuk dijadikan bahan riset.
Dengan dibimbing dosen FILKOM UB, Dr.Eng. Novanto Yudistira, S.Kom., M.Sc. ia pun mengusung metode CAformer—arsitektur hybrid yang menggabungkan keunggulan CNN untuk fitur lokal dan mekanisme self-attention dari Transformer untuk memahami konteks global.
inovasi yang ia bawakan adalah pengembangan sebuah model machine learning untuk mengotomatisasi proses identifikasi keanekaragaman hayati melalui analisis audio pasif.
Implementasinya ia lakukan dengan mengkonversi suara ke spectrogram yang kemudian diklasifikasikan dengan model deep learning.
Hal tersebut dilakukan dengan melatih model spesies langka dan terancam punah, seperti suara burung, amfibi, mamalia, dan serangga.
Penjurian dilakukan berdasarkan penilaian utama yang menggunakan macro-averaged ROC-AUC, yang dimodifikasi untuk melewatkan kelas (spesies) yang tidak memiliki label positif sejati dalam data uji.
Selanjutnya ranking peserta dinilai berdasarkan metrik macro-averaged ROC-AUC tertinggi. Sedangkan penilaian lain yang opsional berupa working note, yang dinilai berdasarkan kriteria orisinalitas, kualitas kontribusi, dan kepenulisan.
Nazura mengaku bangga bisa meraih penghargaan. "Namun, pengalaman yang paling berharga justru datang dari ekosistem kolaboratif di Kaggle,” ungkapnya.
Sumber: prasetya ub
