1 tahun disway

Potensi Laut Melimpah, Malang Raya Bangkit di Hari Ikan Nasional 21 November 2025

Potensi Laut Melimpah, Malang Raya Bangkit di Hari Ikan Nasional 21 November 2025

Peringatan hari ikan nasional 2025--Getty images

MALANG, DISWAYMALANG.ID--Pada 21 November setiap tahun, Indonesia memperingati Hari Ikan Nasional (Harkannas). Di tengah potensi perikanan yang sangat besar di pesisir Malang. Momentum ini menjadi panggilan untuk memaksimalkan potensi laut sekaligus meningkatkan kesejahteraan nelayan lokal dan kontribusi ekspor perikanan nasional.

Hari Ikan Nasional ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2014 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dua pertimbangan utama di balik penetapan ini:

  1. Agar potensi perikanan Indonesia sebagai negara kepulauan dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. 
  2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ikan sebagai sumber protein berkualitas tinggi. Merupakan hal krusial dalam mendukung ketahanan pangan dan gizi nasional. 

Desain logo Harkannas berupa siluet manusia dan ikan saling bertautan. Menggambarkan semangat maritim bangsa dan harapan bahwa konsumsi ikan membawa kesehatan, kesejahteraan, dan kecerdasan.

Warna biru pada logo melambangkan identitas maritim, serta prinsip kelestarian dalam pemanfaatan sumber daya laut. Warna ikan biru dan kuning pada kepala ikan menggambarkan keanekaragaman sumber daya perikanan yang dimiliki bangsa Indonesia.


Logo Hari Ikan Nasional 2025--Getty Images

BACA JUGA:Pemerintah Komitmen Bangun Ekosistem Kelistrikan Berbasis Energi Baru Terbarukan

Perikanan di Malang Raya: Potensi Besar yang Belum Teroptimalkan

Wilayah pesisir Kabupaten Malang membentang sepanjang ± 115 km. Namun hingga kini hanya sekitar 7 persen dari potensi perikanan laut yang tergarap. Bupati Malang, M.Sanusi menyatakan bahwa keterbatasan infrastruktur dan alat tangkap menjadi hambatan besar, karena sebagian besar nelayan masih menggunakan perahu tradisional. 

Nelayan di Malang Selatan cenderung belum berani melaut jauh (lebih dari 200 mil) karena risiko tinggi dan minimnya peralatan. Padahal, berdasarkan analisis potensi, perairan lepas bisa diperkaya oleh spesies bernilai ekspor. Seperti tuna, tongkol, cakalang, serta rumput laut.

Salah satu inisiatif untuk mengubah kondisi ini adalah program Kampung Nelayan Merah Putih (KNMP). Kabupaten Malang diproyeksikan menjadi salah satu lokasi Kampung Nelayan Merah Putih pada 2025, menurut Direktorat Usaha Penangkapan Ikan KKP. 

BACA JUGA:Susul Sukses Bus Trans Jatim, Pemprov Luncurkan Kapal Trans Laut Akhir November Ini, Catat Rutenya!

Dua desa di Malang Selatan, yakni Desa Pujiharjo (Tirtoyudo) dan Tambakrejo (Sumbermanjing Wetan), diusulkan oleh Pemkab Malang sebagai calon KNMP. Di Pujiharjo, misalnya, kapal nelayan speed meningkat drastis dari sekitar 30 unit menjadi 320 unit. Komoditas unggulan di sini adalah ikan layur, yang bahkan diekspor dan memiliki harga sekitar Rp 50 ribu per kilogram.


Seorang pekerja mengolah ikan asap menggunakan batok kelapa kering sebagai bahan bakar di pusat pengasapan ikan yang dikelola koperasi yang menghasilkan hingga 900 kilogram tuna asap dan manyung, sejenis ikan lele,--Getty images

Teknologi juga mulai masuk ke nelayan-pesisir Malang. Di Pantai Sendangbiru (Kab. Malang). Beberapa nelayan sudah dilengkapi GPS yang terhubung ke satelit NOAA untuk membantu mendeteksi lokasi ikan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan akurasi dan jumlah tangkapan. Dibandingkan saat nelayan hanya mengandalkan insting dan petunjuk alam tradisional. 

Tren positif turut terlihat dari data penangkapan: sepanjang Januari–September 2025, Nelayan Malang Selatan mencatat peningkatan hasil tangkap layur hingga 233 persen yakni sekitar 5.000 ton, jauh melampaui tahun sebelumnya. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Malang Victor Sembiring menyebut bahwa teknologi seperti fish finder, HT (handy talkie), dan GPS turut mendukung lonjakan ini. 

Sumber: kementerian kelautan dan perikanan

Berita Terkait