1 tahun disway

6 Mei, International No Diet Day: Kalori Tak Selamanya Buruk Kok!

6 Mei, International No Diet Day: Kalori Tak Selamanya Buruk Kok!

Hari Anti Diet Sedunia - Yuk Berdamai Dengan Kalori!-Illustration Inspiration Sketches-

5. Kalori dari Lemak dan Karbohidrat Itu Perlu, Serius!

Dalam The Lancet Public Health (2018), ditemukan bahwa diet ekstrem rendah karbohidrat dan lemak justru berkaitan dengan peningkatan risiko kematian dini dari anoreksia (penurunan berat badan drastis). Lemak dan karbohidrat adalah makronutrien esensial, bukan musuh yang harus dieliminasi. Lemak membantu tubuh menyerap vitamin A, D, E, dan K serta memproduksi hormon. Karbohidrat menjadi sumber energi utama untuk otak dan otot.

Yang harus dilakukan bukan menghilangkan lemak atau karbohidrat, melainkan memilih sumbernya dengan bijak. Lemak sehat bisa didapat dari alpukat, kacang-kacangan, dan ikan berlemak. Karbohidrat kompleks seperti nasi merah, quinoa, atau ubi memberi energi tahan lama tanpa membuat lonjakan gula darah drastis. 

6. Tubuh Setiap Orang Butuh Jumlah Kalori yang Berbeda

Dalam American Journal of Clinical Nutrition (2019), ditekankan bahwa kebutuhan kalori dipengaruhi oleh banyak faktor: usia, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, aktivitas fisik, hingga komposisi tubuh (massa otot vs lemak). Artinya, angka 1200 atau 1500 kalori yang sering beredar di internet bukan ukuran mutlak untuk semua orang.

Memaksakan diri untuk mengikuti angka-angka ini tanpa memperhitungkan kondisi tubuh justru bisa merusak metabolisme. Beberapa orang dengan metabolisme cepat membutuhkan kalori lebih banyak untuk berfungsi optimal.

7. Diet Yoyo Lebih Berbahaya daripada Kalori

Fenomena diet yoyo terjadi ketika seseorang melakukan diet ketat dan mengalami penurunan berat badan drastis, lalu kembali ke pola makan lama dan berat badannya naik lagi. Studi dari Obesity Reviews (2020) menyebutkan bahwa siklus naik-turun berat badan ini lebih membahayakan kesehatan daripada mempertahankan berat badan yang sedikit di atas "ideal".

Diet yoyo menyebabkan fluktuasi hormon, tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah. Ini meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2. Tubuh yang sering mengalami diet yoyo juga cenderung lebih sulit membakar lemak karena metabolisme menurun sebagai bentuk adaptasi terhadap kelaparan berulang. 

8. Makan Sehat Itu Soal Keseimbangan, Bukan Pantangan

Menurut BMJ Nutrition, Prevention & Health (2021), pendekatan gizi seimbang yang fleksibel jauh lebih efektif dalam jangka panjang daripada pola makan (diet) yang penuh larangan. Larangan yang terlalu kaku justru meningkatkan risiko makan emosional atau bahkan gangguan makan.

Pendekatan ini mengedepankan prinsip "makan segala sesuatu secukupnya". Tidak ada makanan yang sepenuhnya buruk jika dikonsumsi dalam jumlah wajar. Makan sepotong kue ulang tahun bukan berarti merusak diet seminggu. Justru dengan mengizinkan diri menikmati makanan, kita bisa menjaga hubungan sehat dengan tubuh dan makanan tanpa rasa bersalah yang menggerogoti.

9. Hari Bebas Diet Bantu Pemulihan dari Gangguan Makan

International No Diet Day bukan sekadar perayaan, tapi juga bentuk advokasi terhadap penderita gangguan makan seperti anoreksia, bulimia, dan binge-eating disorder. 

No Diet Day hadir untuk menyuarakan bahwa tubuh tidak harus dikendalikan dengan rasa takut. Ia mengajak kita membangun ulang kepercayaan pada tubuh sendiri, mengizinkan diri makan dengan tenang, dan memulihkan hubungan yang rusak antara diri dan makanan.

Sumber: frontiers in physiology