1 tahun disway

Mengenal Kotter’s 8-Step Change Model, Prinsip untuk Menangani Perubahan dalam Dunia Kerja!

Mengenal Kotter’s 8-Step Change Model, Prinsip untuk Menangani Perubahan dalam Dunia Kerja!

Konsep Pemikiran 8 Manejemen Perubahan Kotter-pinterest-

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Perubahan adalah hal yang tidak terelakkan di dunia bisnis. Namun, menjalankan perubahan dalam organisasi sering kali menemui tantangan besar, mulai dari resistensi karyawan hingga kurangnya arah yang jelas.

John P. Kotter, profesor Harvard Business School, menawarkan solusi lewat 8-Step Change Model yang bisa dipakai. 

Yuk Kita Kupas!

1. Menciptakan Rasa Mendesak (Create a Sense of Urgency)

Langkah pertama adalah membuat seluruh anggota organisasi merasa bahwa perubahan itu penting dan harus segera dilakukan. Rasa urgensi ini mendorong semua pihak keluar dari zona nyaman dan menyiapkan mental menghadapi tantangan.

Rasa urgensi bisa dibangun lewat data faktual dan cerita nyata yang menggugah. Misalnya, sebuah perusahaan manufaktur menghadapi ancaman serius karena kompetitor sudah mengadopsi teknologi otomatisasi yang menekan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi. Jika tidak segera berubah, posisi perusahaan bisa tergeser dalam beberapa bulan. Data penurunan penjualan dan feedback pelanggan yang kecewa dijadikan bahan presentasi dalam rapat semua level manajemen.

Hal ini menghindari sikap santai dan menunda-nunda yang sering muncul saat orang merasa perubahan tidak mendesak atau tidak relevan. Rasa urgensi harus didukung oleh komunikasi yang jujur dan transparan, sehingga bukan menimbulkan kepanikan, tapi kesadaran.

2. Membentuk Koalisi yang Kuat (Form a Powerful Coalition)

Perubahan bukan pekerjaan satu orang. Diperlukan kelompok pemimpin dan influencer yang punya kredibilitas dan pengaruh di berbagai lini organisasi untuk menjadi motor penggerak perubahan. Koalisi ini harus solid dan kompak agar pesan perubahan tersampaikan dengan konsisten.

Contohnya, membentuk tim lintas departemen yang terdiri dari kepala HR, manajer IT, kepala pemasaran, dan beberapa karyawan senior yang dihormati. Mereka diberi mandat khusus untuk merancang, mengkomunikasikan, dan mengimplementasikan kebijakan kerja baru. Karena berasal dari berbagai fungsi dan memiliki jaringan luas, koalisi ini mampu merangkul lebih banyak pihak dan mengatasi skeptisisme.

Koalisi yang kuat juga membantu menghadapi resistensi dari karyawan yang merasa perubahan mengancam kenyamanan atau posisi mereka.

3. Mengembangkan Visi dan Strategi (Create a Vision for Change)

Visi perubahan adalah gambaran masa depan yang ingin dicapai dan menjadi “kompas” bagi seluruh proses perubahan. Visi ini harus jelas, sederhana, dan inspiratif agar bisa memotivasi semua pihak.

Misalnya, sebuah perusahaa yang hendak bertransformasi menjadi digital-first menetapkan visi: “Menjadi pelopor pengalaman belanja digital yang mudah dan menyenangkan di Indonesia.” Strateginya termasuk pengembangan aplikasi mobile, pelatihan staf, dan pembaruan sistem backend.

Sumber: kotter international inc