UB Raih Peringkat 8 Nasional Bidang Penelitian Sains Versi THE Interdisciplinary Rankings 2025
UB Raih Peringkat 8 Nasional Bidang Penelitian Sains Versi THE Interdisciplinary Rankings 2025--prasetya.ub.ac.id
MALANG, DISWAYMALANG.ID - Universitas Brawijaya (UB) berhasil menduduki posisi ke-8 nasional bidang Penelitian Sains berdasarkan pemeringkatan THE Interdisciplinary Rankings 2025.
Pencapaian ini sekaligus menjadi bukti nyata komitmen UB dalam mengembangkan riset interdisipliner yang berdampak luas bagi masyarakat.
Kepala UPT Reputasi Hendrix Yulis Setyawan, S.T.P., M.Si, Ph.D., capaian ini merupakan hasil kerja keras seluruh sivitas akademika UB.
“Kita bersyukur sudah masuk dalam Interdisciplinary Science Ranking tahun ini. Ini adalah tahun pertama ISR diukur, dan UB berhasil menduduki posisi kedelapan. Harapannya, capaian ini bisa menjadi motivasi agar ke depan UB terus meningkatkan kualitas risetnya,” ujarnya.
Hendrix menjelaskan, THE Interdisciplinary Rankings menilai perguruan tinggi berdasarkan tiga komponen utama, yaitu input, proses, dan output. Fokus penilaiannya adalah pada penelitian interdisipliner, yakni riset yang melibatkan lebih dari satu bidang ilmu.
“Kalau riset hanya dari satu fakultas, nilainya tidak maksimal. Tetapi jika riset melibatkan berbagai fakultas, misalnya perikanan berkolaborasi dengan sosial atau teknik, hasilnya akan lebih komprehensif. Itulah yang diukur dalam ISR,” terangnya.
BACA JUGA:UB Kampus Terpopuler ke-7 di Indonesia Versi UniRank
Kolaborasi Lintas Fakultas dan Riset Kolaboratif
Selama ini UB telah mendorong kolaborasi lintas fakultas melalui berbagai program. Pendanaan penelitian internal misalnya, mensyaratkan kolaborasi minimal dua atau tiga fakultas. Begitu pula dengan program pengabdian masyarakat, yang dirancang melibatkan lintas bidang agar mampu memberikan solusi menyeluruh.
Lebih lanjut, Hendrix menyampaikan bahwa UB tidak membatasi fokus riset interdisipliner pada bidang tertentu saja. Hampir semua bidang digandeng untuk bekerja sama, mulai dari kesehatan, hukum, sosial, lingkungan, hingga teknik.
Ia mencontohkan riset rumput laut yang kerap dilakukan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. “Dalam konteks interdisipliner, penelitian rumput laut tidak hanya membahas peningkatan produksinya. Peneliti sosial akan menelaah kondisi ekonomi masyarakat pesisir, sementara peneliti teknik bisa merancang prototipe teknologi budidaya. Jadi satu isu bisa dikaji dari berbagai perspektif hingga tuntas,” jelasnya.
Capaian ini memberikan dampak langsung bagi dosen dan mahasiswa. Menurut Hendrix, dosen akan lebih terdorong menghasilkan penelitian yang tidak hanya berhenti pada tataran teoretis, tetapi juga aplikatif dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Kalau hasil penelitian tidak dipadukan dengan aspek sosial atau ekonomi, kadang sulit diadopsi masyarakat. Dengan riset interdisipliner, peluang adopsi jauh lebih besar,” katanya.
Bagi mahasiswa, riset kolaboratif juga memperkaya pengalaman belajar. “Mahasiswa terbiasa bekerja lintas bidang, tidak hanya di ranahnya sendiri. Contohnya saat KKN atau MMD, mereka belajar bekerja sama dengan mahasiswa dari fakultas lain untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat,” tambahnya.
Selain itu, prestasi ini juga memberi nilai tambah dalam hal branding dan reputasi universitas. “Masuknya UB di peringkat delapan nasional menunjukkan bahwa riset kita sudah diakui secara internasional. Ini kebanggaan sekaligus motivasi,” ujarnya.
Sumber: prasetya.ub.ac.id
