LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Universitas Brawijaya (UB) bekerja sama dengan UNESCO menggelar pertunjukan Wayang Karakter Brawijayan dengan lakon "Bhinneka Tunggal Ika". Lakon tersebut diangkat karena nilai persatuan dalam keberagaman dianggap relevan untuk diperkenalkan kembali kepada generasi muda.
“Wayang Brawijayan adalah media yang tepat untuk menanamkan kembali pesan moral tentang cinta, kemurnian, dan persatuan. Ini sejalan dengan nilai Brawijaya yang ingin terus kami hidupkan,” kata Koordinator Globalizing UB Dr Anni Rahimah SAB MAB PhD.
Wayang Karakter Brawijayan dengan lakon “Bhinneka Tunggal Ika”, diadaptasi dari Kakawin Sutasoma.
Kisah Perjalanan Spiritual Pangeran Suta Soma
Penyampaian sinopsis dibawakan oleh Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Internasionalisasi Prof Andi Kurniawan SPPi MEng DSc.
Dalam penyampaian narasinya, Prof Andi menggambarkan perjalanan spiritual Pangeran Suta Soma dengan penuh penekanan terhadap pesan moralnya.
“Ketika tiba waktunya untuk menerima takhta kerajaan, Sutasoma justru menolak. Ia meninggalkan kemewahan istana dan memilih perjalanan sunyi ke Gunung Sumeru demi mencari makna hidup yang sesungguhnya,” kata Prof Andi.
Dia kemudian melanjutkan kisah ujian yang dihadapi sang pangeran.
“Dalam perjalanannya, Sutasoma berhadapan dengan seekor harimau betina yang kelaparan hingga hampir memangsa anaknya sendiri. Tanpa rasa takut, ia menawarkan dirinya sebagai bentuk pengorbanan agar kehidupan tetap berjalan,” tuturnya saat membacakan narasi.
Prof Andi menegaskan, kisah ini mengangkat nilai pengorbanan dan kasih sayang sebagai kekuatan sejati. Ia mengutip nilai moral yang juga tercantum dalam naskah, “Greatness is not born of power, but of sacrifice. Strength is not found in conquest, but in forgiveness.”
Ia kemudian menambahkan, “Inilah Spirit of Bravijaya nilai ketuhanan, kemurnian diri, dan cinta tanpa batas yang ingin terus kita tanamkan kepada generasi muda Universitas Brawijaya.”
Pertunjukan Wayang Karakter Brawijayan tidak hanya menampilkan kesenian tradisional dalam kemasan modern, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran bagi sivitas akademika serta tamu undangan internasional.
Hal ini terlihat dari pengenalan instrumen gamelan oleh Sanggar Seni Gumelaring Sasangka Aji (GSA) Nikolen Pujiningtyas.
Ia menjelaskan, gamelan memiliki beragam instrumen dengan bentuk, bahan, dan fungsi berbeda mulai dari instrumen berdawai, alat yang terbuat dari kayu dan kulit membran, hingga instrumen berbahan perunggu.
Dia menjelaskan, gamelan berkualitas tinggi biasanya menggunakan perunggu sebagai bahan utama. Semua instrumen tersebut menghasilkan harmoni saat dimainkan secara bersamaan dan menjadi ciri khas musik tradisional Jawa.