"Kesempatan ini sangat menarik minat saya, mengingat terbatasnya peluang serupa untuk bidang studi saya. Tanpa berpikir panjang, saya pun mencoba untuk mendaftar dan mengikuti seluruh proses seleksi yang ada," ungkap Widiya.
Proses seleksi program Erasmus+ ini, menurut Widiya, terbilang cukup panjang. Setelah melakukan pendaftaran pada bulan November, pengumuman hasil seleksi baru keluar pada bulan Maret. Selanjutnya, dia harus melalui berbagai tahap proses input data hingga akhirnya dinyatakan lolos pada bulan Juni 2024.
Riset Bydgoszcz
Selain mempersiapkan materi pengajaran, Widiya juga melakukan riset tentang Polandia, khususnya kota Bydgoszcz. Hal ini penting untuknya agar dapat menyesuaikan gaya mengajar dan materi dengan konteks budaya setempat.
Berkat persiapan matang, selama di Polandia, Widiya tidak mengalami masalah. Bahkan, mengalami banyak pengalaman berharga.
"Pengalaman mengajar di kampus luar negeri telah membuka mata saya akan pentingnya persiapan yang matang dan metode pengajaran yang adaptif," katanya, soal pengalaman mengajar di Polandia.
Dibandingkan dengan di dalam negeri, mengajar di luar negeri menurut Widiya tantangannya jauh lebih kompleks. Mulai dari perbedaan kurikulum, gaya belajar mahasiswa, hingga kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan akademik yang baru. "Semuanya menuntut saya untuk terus belajar dan mengembangkan diri," tambah Kepala Laboratorium Komunikasi UMM ini.
Selain peningkatan kompetensi pedagogis, kesempatan mengajar di luar negeri juga memberi Widiya jaringan yang lebih luas.
"Melalui interaksi dengan kolega dan mahasiswa dari berbagai negara, perspektif saya terhadap dunia akademik, khususnya di Eropa, semakin terbuka," urainya.
Dia berharap, jaringan yang telah dia bangun ini dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi program studi Ilmu Komunikasi UMM, Laboratorium Komunikasi UMM, dan Universitas Muhammadiyah Malang. "Dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan, kita dapat bersama-sama memajukan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia," tegasnya. (*)