Ekstrak dari Chrysanthemum cinerariaefolium menunjukkan potensi dalam menurunkan fekunditas dan fertilitas Aedes aegypti (nyamuk penyebar demam berdarah).
5. Antioksidan
Senyawa flavonoid dalam krisan seperti quercitrin, myricetin, dan luteolin-7-glucoside memiliki sifat antioksidan yang mampu menetralisir radikal bebas.
6. Antidiabetes & Hipolipidemik
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa krisan dapat membantu menurunkan gula darah dan kadar lemak (lipid), sehingga bermanfaat dalam pengaturan metabolisme.
7. Antibakteri / Antimikroba
Meski belum sebanyak penelitian lainnya, kandungan bioaktif pada krisan bisa berpotensi sebagai agen antimikroba dalam penelitian tradisional. (Catatan: perlu penelitian lebih lanjut pada manusia.)
8. Efek Penenang
Dalam penggunaan tradisional dan modern, teh krisan sering dipakai untuk menenangkan sistem saraf, meredakan stres, dan memperbaiki kualitas tidur.
9. Anti-Piretik (Penurun Panas)
Dalam penelitian dan literatur tradisional, krisan telah digunakan sebagai bahan alami untuk meredakan demam ringan karena beberapa komponennya bersifat anti-panas.
BACA JUGA:Darurat Gula! Kemenkes Sebut 9 Persen Warga Usia 18–59 Tahun Mengidap Diabetes
Di Indonesia, krisan bukan hanya dijadikan tanaman hias. Menurut jurnal Jurnal Agrica Ekstensia, krisan (Chrysanthemum morifolium) telah dibudidayakan secara komersial sejak tahun 1940-an dan mempunyai peran penting dalam florikultura lokal.
Di sisi lain, penelitian lokal juga menyoroti potensi krisan di bidang kesehatan (anti-inflamasi, diuretik, dan lain-lain), yang bisa dikembangkan menjadi produk berbasis tanaman lokal.
BACA JUGA:Kemenkes Ungkap Budaya Diet dan Ngopi Gen Z Percepat Risiko Osteoporosis