Gangguan interferensi, delay akibat mobilitas perangkat, dan keterbatasan media transmisi udara menjadi hambatan utama. Untuk itu, ia mengembangkan kombinasi multi-dimensional turbo product code (MDTPC), sistem antena jamak (MIMO), dan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM).
Hasil risetnya membuktikan, metode ini meningkatkan kecepatan dan keandalan komunikasi nirkabel, bahkan dapat diimplementasikan pada WiFi, jaringan seluler, hingga aplikasi strategis seperti telemedicine dan drone.
“Komunikasi nirkabel bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga soal reliabilitas dan latensi rendah. Itulah kunci menghadapi era 5G dan seterusnya,” jelasnya.
Pengukuhan akan digelar besok, Kamis (2/10), di GKB A19 Lantai 9 UM dengan dihadiri jajaran senat, sivitas akademika, serta tamu undangan dari berbagai kalangan.
Dengan bertambahnya empat guru besar baru, jumlah profesor di UM semakin meningkat dan memperkuat reputasi kampus sebagai The Learning University. UM tidak hanya menghasilkan tenaga pendidik, tetapi juga inovasi yang dapat memberi dampak langsung pada masyarakat.
Dari ketangguhan bangunan di zona gempa, kesadaran gender di budaya populer, kesiapsiagaan bencana, hingga revolusi komunikasi digital—semuanya menunjukkan peran vital ilmu pengetahuan dalam mengantisipasi masa depan. (ab)