4. Mengkomunikasikan Visi Perubahan (Communicate the Vision)
Komunikasi adalah kunci agar visi perubahan tidak hanya menjadi slogan di atas kertas. Manajemen harus menyampaikan visi secara terus-menerus melalui berbagai kanal dan dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti.
Misalnya, dalam peluncuran budaya kerja baru, perusahaan mengadakan townhall meeting, membuat newsletter bulanan, video pendek, dan sesi tanya jawab. Pimpinan pun harus tampil sebagai contoh dengan mengadopsi perubahan, menunjukkan komitmen nyata.
Komunikasi dua arah juga penting agar karyawan merasa didengar dan bisa menyampaikan kekhawatiran atau ide. Dengan begitu, visi menjadi milik bersama, bukan hanya gagasan pimpinan.
5. Memberikan Kekuatan kepada Tim untuk Bertindak (Empower Broad-Based Action)
Hambatan teknis, birokrasi, atau budaya sering kali menjadi penghalang utama perubahan. Organisasi harus mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan ini agar karyawan bisa bertindak bebas mendukung perubahan.
Memberikan otoritas kepada karyawan untuk mengambil keputusan kecil terkait perubahan juga penting untuk mempercepat implementasi dan membangun rasa percaya diri.
6. Menciptakan Keberhasilan Jangka Pendek (Generate Short-Term Wins)
Perubahan besar sering kali memakan waktu lama dan melelahkan. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan pencapaian kecil yang nyata dan bisa dirayakan untuk menjaga semangat dan kepercayaan diri tim.
BACA JUGA:Yuk Pakai SMART untuk Susun Target Kerja yang Komprehensif, Ini 9 Prinsipnya!
Misalnya, dalam transformasi digital, tim menargetkan peluncuran fitur baru aplikasi dalam 3 bulan. Ketika berhasil, keberhasilan ini diumumkan melalui email dan pertemuan, dijadikan contoh nyata bahwa perubahan berjalan sesuai rencana.
Keberhasilan jangka pendek ini juga berfungsi sebagai bukti bagi pihak skeptis bahwa perubahan memang membawa hasil.
7. Mempertahankan Momentum (Consolidate Gains and Produce More Change)
Seringkali, setelah keberhasilan awal, organisasi cenderung merasa puas dan melambatkan proses perubahan. Kotter mengingatkan agar momentum terus dijaga dengan memperluas dan memperdalam perubahan.
Contohnya, setelah berhasil mengimplementasikan sistem kerja remote, perusahaan terus melakukan evaluasi dan menambah kebijakan pendukung seperti pengembangan aplikasi internal, pengaturan jadwal kerja yang fleksibel, dan pelatihan manajemen jarak jauh.
Mempertahankan momentum juga berarti menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul tanpa mundur ke cara lama.