Aku minta pula supaya sampai di sorga
yang kata Masyumi + Muhammadyah bersungai susu dan bertabur bidari beribu"
Puisi ini menggambarkan ekspektasi seseorang terhadap kehidupan setelah kematian.
Puisi ini mengajak untuk kita sebagai manusia melakukan refleksi atas ekspektasi, harapan, kompleksitas mengenai keyakinan masing-masing mengenai kehidupan yang menanti setelah kematian atau mempertanyakan pertanyaan yang sifatnya eksistensial.
8. "Senja di Pelabuhan Kecil" (1946) – Keindahan dalam Kesederhanaan
"Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut"
Puisi ini menggambarkan kesunyian dan refleksi diri di tengah dunia yang sibuk.
Di zaman sekarang, banyak orang merasa hidup terlalu cepat, penuh distraksi, dan kehilangan makna dalam kesederhanaan, puisi ini mengingatkan untuk selalu menikmati semua momen dan simplisitas kecil dalam chapter kehidupan.
9. "Cerita Buat Dien Tamaela" (1946) – Identitas, Keberanian, dan Perlawanan
"Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.
Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut