27 Mei World Marketing Day, dari Pasar Romawi ke Era TikTok, dari Teriak Murah Murah ke FYP!
Marketing dan Jejaknya di Dunia-pinterest-
MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Marketing bukan barang baru. Tapi bentuknya terus berubah. Dulu berupa teriakan di pasar, sekarang berupa algoritma di layar ponsel. Dulu cukup bawa produk dan teriak "murah! murah!", sekarang butuh A/B testing, strategi konten, dan kampanye multiplatform.
Hari ini, 27 Mei, adalah World Marketing Day. Momen yang pas untuk menengok ke belakang. Dari zaman romawi hingga zaman Google. Dari strategi barter sampai adu insight lewat Instagram Story. Dari tukang jamu di simpang jalan, sampai brand yang trending di FYP TikTok. Semua adalah bagian dari cerita besar: bagaimana manusia terus belajar menjual dan memengaruhi.
Marketing sudah menempuh perjalanan panjang. Bukan cuma sebagai aktivitas ekonomi, tapi sebagai cermin dari perubahan sosial, budaya, bahkan psikologi manusia.
Ia bukan sekadar ilmu tentang produk, tapi tentang persepsi. Bukan hanya soal barang, tapi tentang cerita yang mengikutinya.
Yuk kita telusuri jejaknya!
1. Pasar Tradisional: Awal Segalanya
Marketing, dalam bentuk paling purba, bisa dilacak sampai peradaban kuno. Di film-film tentang Yunani atau Romawi, kita sering lihat pedagang mempromosikan dagangannya dengan suara lantang. “Ikan segar! Baru ditangkap dari Peloponnesos!”
Tentu mereka belum kenal istilah marketing. Tapi yang mereka lakukan sudah mengandung unsur dasar pemasaran: persuasive communication—yakni komunikasi persuasif yang bikin orang ingin beli. Bahkan bisa dibilang, merekalah para marketer pertama dalam sejarah manusia.
Pada masa itu, interaksi terjadi langsung antara penjual dan pembeli. Trust dibangun lewat mata dan kata-kata. Bukan lewat review di e-commerce atau badge "star seller". Mereka menjual reputasi dari mulut ke mulut, bukan dari algoritma ke algoritma. Kredibilitas dibangun dari konsistensi, bukan dari copywriting.
2. Revolusi Industri: Produksi Jadi Raja
Marketing mulai bergeser wajahnya saat Revolusi Industri mengguncang Eropa di abad ke-18 dan 19. Mesin uap ditemukan. Pabrik berdiri. Produksi masal dimulai. Barang tidak lagi dibuat untuk tetangga, tapi untuk orang asing di kota lain. Hubungan produsen dan konsumen jadi makin jauh.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, proses produksi dipisahkan dari konsumsi. Orang yang bikin barang tidak selalu tahu siapa yang akan membeli. Mereka hanya tahu: harus bikin sebanyak-banyaknya. Maka logistik dan distribusi jadi peran utama.
Akibatnya, distribusi jadi penting. Pengusaha fokus ke efisiensi: bagaimana memproduksi sebanyak mungkin, secepat mungkin, dengan biaya serendah mungkin. Marketing? Masih jadi pelayan produksi. Tujuannya: barang laku. Caranya: perbesar distribusi, tekan biaya. Selama barang sampai ke pasar, tugas dianggap selesai.
3. Era Makin Modern: Mulut dan Poster Mulai Berperan
Sumber: bournemouth university
