1 tahun disway

WFH tapi Dianggap Pengangguran, Ini Cara Ampuh Biar WFH Dianggap “Kerja Beneran” oleh Orang Tua

WFH tapi Dianggap Pengangguran, Ini Cara Ampuh Biar WFH Dianggap “Kerja Beneran” oleh Orang Tua

-pinterest-

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Laptop nyala, rapat jalan, kerja numpuk. Tapi tiba-tiba disuruh jemur kasur. Katanya cuma “mainan komputer”.

Bekerja dari rumah atau work from home (WFH) bukan barang baru. Tapi bagi sebagian orang tua, konsep kerja itu masih erat kaitannya dengan kantor fisik, seragam rapi, dan pulang sore. Akibatnya, kerja dari rumah sering tak dianggap serius akhirnya masih sering disuruh - suruh.

Fenomena ini tidak hanya bikin kesal, tapi juga bikin stres. Lagi fokus bikin laporan—disuruh antar galon.

Lagi meeting penting—dipanggil angkat jemuran. Lama-lama produktivitas ambrol, mental pun ikut kena.

Kalau sudah begini, solusi basa-basi kayak “coba dijelaskan baik-baik” kadang tak cukup. Perlu taktik yang lebih cerdas!

1. Buat “Zona Kerja” yang Tidak Bisa Disentuh Siapa Pun

Banyak yang menganggap bekerja dari rumah = bisa dilakukan di mana saja. Tapi justru itu sumber masalah. Ketika meja kerja menyatu dengan meja makan, identitas profesional langsung menguap. Orang tua melihat anaknya duduk di ruang tamu bukan sebagai pekerja, tapi sebagai bagian dari rumah tangga.

Solusi ekstrem tapi efektif: pindahkan meja kerja ke tempat yang tidak terlalu terlihat. Jika memungkinkan, kunci ruang kerja dan pasang papan “Jangan Ganggu, Lagi Bekerja” seperti ruangan bos. Terdengar berlebihan? Justru itu yang bikin orang tua mulai menganggap ini hal serius. Butuh simbol yang kuat untuk menunjukkan batas antara "anak di rumah" dan "pekerja profesional".

2. Pasang Alarm Pekerjaan yang Bisa Didengar Orang Rumah

Kadang masalahnya bukan di waktu, tapi di “tanda mulai kerja” yang tak kasat mata. Coba buat alarm harian dengan suara nyaring yang bisa didengar seisi rumah. Alarm ini tidak hanya jadi pengingat pribadi, tapi juga jadi penanda ke seluruh rumah bahwa waktu kerja sudah dimulai.

Bunyinya tidak harus kaku seperti sirine sekolah. Bisa pakai lagu rapat kantor atau sound efek laptop nyala. Lama-lama, suara ini akan diasosiasikan dengan “jam kerja” oleh orang rumah. Ini tak hanya melatih konsistensi, tapi juga membuat orang tua pelan-pelan mengatur ritme rumah menyesuaikan pekerjaan digital anaknya.

3. Bikin Jadwal Harian yang Ditempel di Pintu Kulkas

Omongan sering tidak didengar, tapi tulisan yang ditempel bisa lebih dihargai. Apalagi kalau kelihatan serius dan profesional.

Buat jadwal harian lengkap: jam kerja, jam meeting, jam istirahat. Tempelkan di kulkas atau pintu kamar. Tambahkan sedikit “peringatan sopan”: Mohon tidak diganggu kecuali darurat. Jadwal seperti ini membuat orang tua melihat WFH sebagai pekerjaan terjadwal dan penting. Mereka jadi lebih berhati hati untuk minta bantuan mendadak.

Sumber: quora