Andrian Prasetyo, Dalang Muda UM yang Setia Menjaga Wayang Kulit Gaya Malangan sejak Kelas 2 SD
Andrian Prasetyo menampilkan sajian wayang kulit gaya Malangan dalam pertunjukkan Ajap Sukma 4 di Sasana Krida Universitas Negeri Malang-Rabu, 17 Desember 2025-Martinus Ikrar Raditya-Disway Malang
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Di tengah riuh pertunjukan Ajap Sukma 4 di Sasana Krida Universitas Negeri Malang, Rabu, 17 Desember 2025, perhatian penonton tertuju pada sebuah sajian wayang kulit gaya Malangan. Di balik layar pertunjukan tersebut, hadir sosok Andrian Prasetyo, mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan, Fakultas Sastra UM, yang berperan sebagai dalang sekaligus pendukung pertunjukan.
Andrian, mahasiswa angkatan 2023 yang kini duduk di semester lima, memang tidak sedang menjalani ujian pada Ajap Sukma 4. Kehadirannya di panggung merupakan bentuk dukungan terhadap adik tingkatnya yang tengah mengikuti ujian mata kuliah Repertoar Musik Tradisi Karawitan, khususnya pada materi karawitan pendalangan wayang kulit.
“Yang ujian itu adik-adik semester tiga. Saya di sini hanya membantu,” ujar Andrian saat ditemui Disway Malang usai pertunjukan.
Andrian Prasetyo dengan sangat lihai menampilkan pertunjukkan wayang kulit gaya Malangan pada pertunjukan Ajap Sukma 4 di Sasana Krida Universitas Negeri Malang-Rabu, 17 Desember 2025-Martinus Ikrar Raditya/diswaymalang.id
Dalam Ajap Sukma 4, Andrian terlibat dalam kolaborasi dengan Sanggar Mantra Loka asal Njabung. Kolaborasi tersebut merupakan bagian dari sistem pembelajaran di Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan, di mana mahasiswa musik diarahkan untuk nyantri ke sanggar-sanggar seni di luar kampus. Sanggar Mantra Loka menjadi salah satu rujukan untuk pendalaman karawitan pendalangan.
BACA JUGA:Mahasiswa UIBU Berkontribusi Sumbang Emas Tim Balap Sepeda Indonesia di SEA Games 2025
Proses latihan sendiri berlangsung sekitar tiga minggu, dengan intensitas yang menyesuaikan jadwal masing-masing. Andrian dipilih sebagai dalang karena latar belakangnya yang dinilai sesuai oleh dosen pengampu. Meski bukan peserta ujian, perannya cukup krusial dalam menjaga struktur dan rasa pertunjukan.
Ketertarikan Andrian pada wayang kulit bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba. Ia mengaku tumbuh dari lingkungan keluarga seni. Kakeknya merupakan seorang penabuh gamelan, sementara tradisi seni pertunjukan sudah lekat dalam kesehariannya sejak kecil.
“Saya mulai ikut sanggar sejak kelas dua SD,” ungkapnya.
Sanggar pertama yang membentuk dasar keseniannya adalah Sanggar Angkoro Laras di kawasan Songgoriti, Kota Batu. Sejak saat itu, Andrian terus menekuni dunia karawitan dan wayang kulit hingga akhirnya memilih jalur pendidikan seni pertunjukan di bangku kuliah.
Sosok Andrian Prasetyo, mahasiswa UM yang konsisten menjaga wayang kulit gaya malangan-Rabu, 17 Desember 2025-Martinus Ikrar Raditya-Disway Malang
Sebelum tampil dalam format tradisi seperti di Ajap Sukma, Andrian juga pernah menjalani ujian dengan genre yang berbeda. Pada semester sebelumnya, ia mendapatkan materi ujian beraliran kontemporer. Menurutnya, pembagian genre tersebut disesuaikan dengan kemampuan serta penilaian dosen terhadap masing-masing mahasiswa.
Di luar kegiatan kampus, Andrian tercatat pernah mengikuti Festival Budaya Jawa Timur di Surabaya dan berhasil masuk 10 besar. Selain itu, ia kerap tampil di berbagai acara kesenian di tingkat desa dan kampung.
Ke depan, Andrian berharap dapat terus berkontribusi dalam pelestarian wayang kulit gaya Malangan, yang menurutnya mulai kehilangan peminat, terutama di kalangan generasi muda.
“Sekarang dalang gaya Malangan itu sudah jarang. Kebanyakan sudah mengarah ke gaya lain. Saya ingin tetap menjaga seni lokal ini,” katanya.
Bagi Andrian, keterlibatannya di Ajap Sukma 4 bukan sekadar membantu adik tingkat, melainkan bagian dari tanggung jawab moral sebagai generasi penerus seni tradisi. Di tengah arus modernisasi, ia memilih tetap berdiri di jalur yang sama, menjaga denyut wayang kulit Malangan agar tidak hilang dari panggung budaya.
Sumber:
