1 tahun disway

9 Fakta Hari AIDS Sedunia Tahun 2025, Salah Satunya 39 Juta Orang Meninggal dan 40,8 Juta Hidup Bersama HIV

9 Fakta Hari AIDS Sedunia Tahun 2025, Salah Satunya 39 Juta Orang Meninggal dan 40,8 Juta Hidup Bersama HIV

Hari AIDS sedunia--getty images

MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Setiap 1 Desember dunia memperingati Hari AIDS Sedunia, bukan sekadar seremoni tahunan. Tetapi sebagai momentum penting untuk mendorong solidaritas global, menghapus stigma, dan memperkuat respons terhadap HIV/AIDS.

Tema Tahun 2025, yakni “Overcoming disruption, transforming the AIDS response” (Mengatasi gangguan, mentransformasi respons AIDS), menjadi refleksi adanya tantangan serius akibat pemutusan pendanaan global, hambatan hukum dan diskriminasi. Juga,terbatasnya layanan sekaligus menegaskan perlunya transformasi dan kolaborasi demi masa depan tanpa AIDS.

Tema ini menekankan perlunya solusi baru dalam menghadapi krisis pendanaan, memperluas akses layanan, serta memperkuat peran komunitas dan inovasi seperti terapi jangka panjang. Peringatan ini juga mengajak negara dan masyarakat untuk bersatu dalam aksi memastikan tidak ada yang tertinggal, menghormati hak asasi manusia, serta memperjuangkan hak atas kesehatan bagi semua penduduk.

BACA JUGA:Peringatan Hari AIDS Sedunia 2025 di Kota Malang: Seluruh Puskesmas Sudah Bisa Skrining HIV

Berikut ini 9 fakta yang perlu kamu ketahui soal hari AIDS sedunia, khususnya di tahun 2025 ini:

1. Sejarah Hari AIDS Sedunia: Diperingati sejak 1988

Hari AIDS Sedunia kali pertama dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 1 Desember 1988. Peringatan ini menjadi kampanye kesehatan global pertama yang menjangkau lintas negara, budaya, dan latar sosial. Sekaligus menjadi wadah advokasi dalam penanggulangan HIV/AIDS.

Sejak itu, Hari AIDS Sedunia menjadi pilar kesadaran global, memicu dialog publik dan mendorong kebijakan kesehatan berbasis bukti.

2. Dampak Global: Lebih dari 39 Juta Orang Telah Meninggal

Sejak awal epidemi HIV pada tahun 1980-an, lebih dari 39 juta orang telah meninggal dunia akibat HIV/AIDS. Jumlah ini menunjukkan skala besar epidemi yang melintasi generasi dan wilayah. Faktanya, hingga tahun 2024, sekitar 40,8 juta orang masih hidup bersama HIV di seluruh dunia.

3. Kasus Baru dan Tantangan Kontemporer

Meskipun ada penurunan signifikan dibandingkan dekade sebelumnya, epidemi tetap berjalan. Pada 2024, sekitar 1,3 juta kasus baru HIV dilaporkan global yang menandai tantangan lanjutan terutama di kawasan yang mengalami keterbatasan akses layanan dan stigma sosial.

4. Tema 2025 Menyoroti Krisis Pendanaan dan Perlunya Transformasi

Tema “Overcoming disruption, transforming the AIDS response” menjadi seruan global untuk merespons kebangkitan krisis pendanaan, kebijakan diskriminatif, dan hambatan hukum yang makin memperburuk akses layanan kesehatan.

Di tengah risiko kemunduran, tema ini mengajak negara, organisasi, dan masyarakat sipil untuk berinovasi, memperkuat kepemimpinan politik, serta meningkatkan solidaritas demi tujuan akhir mengakhiri AIDS pada 2030.

5. Status Global Hari Ini: HIV Bisa Dikendalikan

Walaupun HIV tidak hilang, pengobatan antiretroviral (ARV) telah menjadikannya kondisi yang dapat dikendalikan. Orang dengan HIV yang rutin menjalani terapi dapat hidup sehat dan produktif.

Bahkan, mereka yang mencapai viral load tidak terdeteksi tidak menularkan virusnya kepada pasangan (prinsip U=U: Undetectable = Untransmittable). Pendekatan ini adalah kunci pengurangan stigma serta meningkatkan kualitas hidup ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).

6. Tantangan Masih Besar di Indonesia Tahun Ini

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan menyebut bahwa tantangan utama meliputi peningkatan pemeriksaan dini, pencegahan penularan ibu ke anak, serta penghapusan stigma. Target “Three Zeros” (tanpa infeksi baru, tanpa kematian, tanpa diskriminasi) dan target 95-95-95 menjadi tolok ukur yang menuntut kolaborasi pemerintah, komunitas, dan masyarakat.

7. Dampak Pendanaan Global: Krisis Pengaruhi Program HIV

Laporan UNAIDS tahun 2025 menekankan, penurunan drastis bantuan internasional telah mengganggu program pencegahan, layanan komunitas, dan akses pengobatan dengan efek paling parah dirasakan oleh kelompok rentan seperti LGBTQ+, pekerja seks, dan pengguna narkoba suntik. Masih dibutuhkan komitmen multilateral dan inovasi sistem kesehatan agar target 2030 tetap realistis.

8. Kelompok Rentan dan Peran Komunitas

Fakta kesehatan menunjukkan bahwa remaja, perempuan muda, dan kelompok kunci mengalami risiko tinggi terhadap penularan HIV. Komunitas memegang peran krusial: mereka menjadi motor perubahan, menyediakan layanan yang sensitif budaya, serta mendorong akses setara bagi semua orang. Pemberdayaan komunitas menjadi fondasi respons HIV yang berkelanjutan.

9. Mitos vs Fakta: HIV Tak Menular Lewat Kontak Sehari-hari

WHO dan Kemenkes RI menekankan, HIV tidak ditularkan melalui pelukan, berjabat tangan, berbagi makanan, atau penggunaan toilet bersama. Penularan hanya terjadi lewat hubungan seksual tanpa kondom, jarum suntik tidak steril, serta transmisi dari ibu ke anak. Fakta ini membantu menghapus miskonsepsi dan mendorong lingkungan tanpa diskriminasi.

BACA JUGA:Pita Merah, Simbol Global Solidaritas dalam Peringatan Hari AIDS Sedunia 1 Desember

Hari AIDS Sedunia tahun 2025 ini mengingatkan kita akan banyak pencapaian dalam penanggulangan HIV/AIDS sekaligus tantangan berat yang masih ada. Dengan tema transformasi, dunia menegaskan kembali komitmen global untuk memperluas akses layanan, mendorong kebijakan berbasis hak asasi manusia, serta memperkuat solidaritas.

Dukungan masyarakat, inovasi teknologi kesehatan, dan kepemimpinan politik menjadi kunci masa depan di mana AIDS tidak lagi menjadi ancaman terhadap kesehatan masyarakat.

Sumber: who