Cara-Cara Kreatif Generasi Muda Mempertahankan Bahasa Indonesia: Hindari Salah Kaprah, Apa Itu?
ILUSTRASI mengembalikan naluri berbahasa Indonesia.-Maulana Pamuji Gusti -Harian Disway---
MALANG, DISWAYMALANG.ID–Bahasa Indonesia bukan hanya alat komunikasi. Tetapi juga simbol identitas dan pemersatu bangsa. Dalam era globalisasi yang serba digital, penggunaan bahasa asing semakin marak. Terutama di kalangan anak muda.
Meski begitu, tanggung jawab mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia tetap menjadi bagian penting dari peran generasi penerus.
Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, pelestarian bahasa nasional perlu dilakukan secara aktif di berbagai ranah kehidupan. Termasuk di dunia digital.
Pemuda memiliki posisi strategis untuk menjaga agar bahasa Indonesia tetap hidup, adaptif, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Berikut cara kreatif yang bisa dilakukan oleh para pemuda masa kini untuk mempertahankan dan memopulerkan bahasa Indonesia. Apalagi di tengah derasnya pengaruh global.
1. Membuat Animasi Berbahasa Indonesia
Jumbo jadi film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa --ist--
Konten visual menjadi sarana paling efektif untuk menjangkau generasi muda. Membuat animasi edukatif, lucu, atau inspiratif dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat memperkuat kebanggaan terhadap bahasa sendiri.
Platform seperti YouTube, TikTok, atau Instagram bisa menjadi wadah bagi para kreator muda untuk menampilkan karya berbahasa Indonesia.
Selain menghibur, animasi juga bisa memperkenalkan kosakata baru. Yakni dengan cara yang menyenangkan dan mudah diingat.
2. Mengikuti Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)
Program BIPA diperuntukkan bagi warga negara asing. Pemuda Indonesia bisa berperan dalam program itu. Baik sebagai relawan, pengajar, atau pengembang konten pembelajaran.
Melalui BIPA, bahasa Indonesia diperkenalkan ke dunia internasional. Dengan ikut serta, para pemuda membantu memperluas pengaruh bahasa Indonesia. Sekaligus melatih kemampuan berkomunikasi lintas budaya.
3. Membaca Buku dan Novel Berbahasa Indonesia

Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.-Pinterest---
Membaca karya sastra berbahasa Indonesia adalah langkah sederhana. Namun, sangat efektif dalam memperkuat rasa cinta terhadap bahasa.
Mulailah dari novel-novel populer. Seperti Laskar Pelangi karya Andrea Hirata atau Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Selain memperkaya kosakata, kegiatan membaca juga mengasah kemampuan berpikir kritis. Pun, menumbuhkan apresiasi terhadap keindahan bahasa. Kebiasaan itu bisa menjadi alternatif positif. Apalagi di tengah gempuran konten digital yang serba instan.
4. Berinovasi Membuat Aplikasi Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
Pemuda masa kini memiliki keunggulan dalam hal teknologi. Salah satu cara modern adalah dengan membuat aplikasi pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing.
Aplikasi semacam itu bisa berisi latihan membaca, mendengarkan, hingga berbicara dalam bahasa Indonesia dengan pendekatan interaktif.
Selain menumbuhkan semangat nasionalisme, inovasi itu juga bisa menjadi peluang bisnis berbasis edukasi.
5. Menulis Puisi, Cerpen, atau Karya Ilmiah dalam Bahasa Indonesia

Menulis bisa menjadi salah satu kegiatan yang menarik untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia. --todayriskmanager--
Menulis adalah bentuk ekspresi yang tak lekang oleh waktu. Baik dalam bentuk puisi, cerpen, esai, maupun karya ilmiah.
Menulis dalam bahasa Indonesia membantu menjaga keberlanjutan penggunaannya dalam berbagai konteks. Dari estetika sastra hingga akademik.
Dengan rutin menulis, pemuda dapat memperkaya gaya bahasa, mengembangkan ide, dan ikut berkontribusi dalam memperkaya literatur Indonesia.
6. Menghindari Salah Kaprah dalam Berbahasa Indonesia
Hindari salah kaprah dalam berbahasa Indonesia. --ilustrasi: teknik.unpas.ac.id/----
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah kaprah adalah kesalahan yang umum sekali sehingga orang tidak merasakannya sebagai kesalahan. Dalam konteks bahasa Indonesia, kesalahan demi kesalahan sering ditemui, seolah menjadi kewajaran serta lebih akrab dalam ingatan karena lebih umum dituturkan.
Namun, tentu saja kita tidak bisa serta-merta menyalahkan penutur, sebab banyak dari mereka yang tidak memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Selain itu, tidak semua memiliki akses yang memadai untuk mempelajari bahasa yang benar sesuai kaidah.
Ada banyak salah kaprah yang kerap terjadi, tetapi kali ini kita bahas lima salah kaprah bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Acuh dan Tidak Acuh
Kesalahan pertama yang sering ditemui adalah acuh dan tak acuh. Penggunaan dua istilah ini kerap bertukar. Perhatikan kalimat: Rasa kecewa atas sikap acuh pemerintah desa tersebut diungkapkan pelaksana Teknik Dinas Perumahan Kabupaten Alor.
Bila melihat konteks dalam cuplikan berita tersebut, penulisnya bermaksud menyampaikan bahwa rakyat kecewa akibat sikap tidak peduli pemerintah desa. Bila konteksnya demikian, kata acuh harusnya diganti dengan kata kata tidak acuh. Dalam KBBI, tak acuh berarti tidak peduli, sementara acuh berarti peduli.
Absensi dan Presensi
Absensi maupun presensi sama-sama dapat digunakan dalam dalam bahasa formal atau baku selama sesuai dengan konteks. Absensi berarti ketidakhadiran, sedangkan presensi berarti kehadiran. Namun, kata absensi lebih familier dan sering dituliskan atau dituturkan dalam kalimat bermakna kehadiran. Perhatikan kalimat berikut: Guru meminta siswa kelas X mengisi absensi hari ini.
Kalimat tersebut bermaksud untuk menunjukkan bahwa subjek menginginkan objek menuliskan namanya di buku atau daftar kehadiran. Jika kita taat pada KBBI, absensi harus diganti dengan presensi. Sama halnya ketika seseorang mengatakan “saya isi absen kok hari ini”, ada kekeliruan logis yang terjadi sebab maksudnya adalah ia telah mengisi daftar hadir.
Alumnus dan Alumni
Selintas, tidak ada perbedaan signifikan antara kata alumnus dan alumni. Namun, dalam KBBI, dua kata tersebut memiliki makna berbeda meski sama-sama nomina. Alumnus berarti ‘orang yang telah mengikuti atau tamat dari sekolah atau perguruan tinggi’. Bentuk jamaknya adalah alumni.
Perhatikan dua kalimat berikut!
Dia diketahui merupakan alumni Teknik Arsitektur, Universitas Diponegoro tahun 1985.
Undangan bukber alumni biasanya disampaikan di grup WA.
Kalimat (1) sudah jelas keliru sebab ‘dia’ sebagai subjek merujuk pada satu orang saja, maka harusnya diganti dengan bentuk tunggalnya, alumnus. Kalimat (2) menjelaskan undangan bukber. Nalar kita sepakat bahwa acara buka bersama tidak mungkin hanya dihadiri satu orang. Oleh karena itu, penamaan lembaga seperti Ikatan Alumni UNM sudah tepat secara gramatikal.
Nol dan Kosong
Terakhir, kesalahan penutur bahasa Indonesia yang paling mencolok adalah penggunaan kata kosong saat menyebut nomor, khususnya nomor telepon. Perhatikan contoh percakapan berikut!
Ani : Sebentar saya hubungi kamu, ya!
Nita : Nomor kamu berapa? Saya aja yang hubungi duluan via WhatsApp.
Ani : Oh, baik. Kosong delapan satu….
Kembali mengacu pada KBBI, nol masuk dalam kelas kata numeralia (kata bilangan) dengan salah satu artinya: bilangan yang dilambangkan dengan 0. Maka dari satu arti ini saja, sudah jelas bahwa bilangan nomor telepon harusnya disebut nol. Padanan kata bahasa Inggrisnya adalah zero.
Khusus kosong (bahasa Inggris: empty, blank), kata ini masuk dalam kelas kata adjektiva (kata sifat). Tentunya dalam konteks percakapan di atas, kata ini tidak dapat berterima. Berikut contoh penggunaan kosong yang tepat dalam kalimat: Penyebab pikiran kosong bisa karena kita terlalu banyak pikir, stres, atau kelelahan. Setelah membaca kalimat itu, akan terasa janggal jika kata kosong diganti dengan kata nol.
Rubah/Merubah
Kata ini juga sering digunakan dan disalah artikan sama dengan kata “ubah”. Padahal menurut KBBI “rubah” itu berarti binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya tentunya sangat berbeda dengan arti yang sering dimaksud. Ketika kita menggunakan kata “merubah” maka artinya “menjadi rubah”. Kata yang tepat digunakan yaitu “ubah” dan “mengubah” ketika akan menggunakan kata yang bermakna ubah sebenarnya.
Emosi
Emosi ini sering identik diartikan dengan marah. Namun, menurut KBBI “emosi” merupakan keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan). Jadi “emosi” ini tak hanya berarti marah, bisa juga gembira, sedih, haru dan cinta.
Tentu masih banyak lagi salah kaprah lainnya. Untuk mengetaui dan menghindari salah kaprah, kamu tentu perlu meng-up grade pengetahuanmu tentang Bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Indonesia yang benar, terutama dalam situasi formal, dapat mencerminkan kedisiplinan dan kecintaan terhadap bahasa serta menciptakan komunikasi yang minim kesalahpahaman atau ambiguitas. Yuk, mulai perbaiki kesalahan berbahasamu dari hal-hal kecil seperti ini!
Bahasa Indonesia harus tetap menjadi identitas utama dalam setiap aspek kehidupan. Baik di media sosial, pendidikan, maupun karya kreatif. Sebagaimana salah satu semboyan dari Sumpah Pemuda 1928, “Kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.”
Kini, giliran generasi muda untuk membuktikan bahwa semangat itu masih hidup. Tak hanya lewat kata, tetapi lewat tindakan nyata di kehidupan sehari-hari.
Sumber: harian.disway.id
