Gelombang PHK, Pakar UMM Ingatkan Dampak Psikologis Pekerja: Bisa Stres Berkepanjangan
Prof. Tulus (kiri) dalam satu kegiatan di kampus Fakultas Vokasi UMM--vokasi umm
KOTA MALANG, DISWAYMALANG.ID—Pemerintah memang harus mengambil langkah sungguh-sungguh untuk mencegah terjadi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai industri di Indonesia. Ini karena dampak PHK bukan semata masalah ekonomi. Namun, juga akan terjadi dampak psikologi yang mendalam.
“Yang perlu diwaspadai, dampak psikologi PHK bukan saja bisa terjadi secara individu. Tapi juga dampak kolektif,” kata pakar psikologi organisasi Prof. Dr. Tulus Winarsunu, M.Si,. kepada Disway Malang.
Menurut Tulus, dampak psikologi terhadap karyawan yang terkena PHK per individu antara lain bisa berupa stres jangka panjang. “Kehilangan pekerjaan bisa mengakibatkan ancaman-ancaman bagi individu,” kata pakar asal Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Vokasi UMM ini.
Ancaman tersebut menurut dia bersumber dari kehilangan penghasilan, rasa aman, identitas diri, kestabilan hidup. “Ancaman-ancaman ini akan melahirkan kecemasan, depresi, gangguan kesehatan, krisis identitas, merasa tidak berharga, dan kehilangan makna hidup, melemahnya motivasi atau gairah hidup yang kesemuanya ini bisa mengakibatkan stres yang berkepanjangan,” urainya, panjang lebar.
Bahkan, lanjut dia, untuk korban yang mengalami PHK secara berulang akan mengalami fenomena ketidakberdayaan. Fenomena itu menurut Tulus dikenal sebagai learned helplessness.
Seperti diketahui, belakangan ini banyak muncul info terjadi PHK karyawan di berbagai perusahaan di Indonesia. Bahkan, saking banyaknya jumlah karyawan yang mengalami PHK –ada media yang menyebut sudah lebih dari 100 ribu karyawan--, fenomena itu disebut sebagai gelombang PHK.
Yang gawat, fenomena gelombang PHK tersebut diperkirakan belum berakhir. Termasuk, yang sedang jadi pembicaraan saat ini adalah potensi terjadi PHK pabrik tekstil besar Sritex dengan karyawan mencapai lebih dari 50 ribu orang.
Terkait dengan kabar puluhan ribu karyawan Sritex ada potensi kena PHK, Wakil Menteri Tenaga Kerja sampai datang langsung ke Sritex. Selain berunding dengan pemilik pabrik tekstil besar di Solo itu, Wamen secara demonstratif tampil di depan karyawan, dan menjanjikan tidak ada PHK.
Dampak Kolektif
Tulus melanjutkan, selain dampak psikologi secara individu, PHK bisa menimbulkan dampak psikologis kolektif. Dampak kolektif itu menurut dia muncul dari karyawan yang belum kena PHK. Termasuk jajaran manajemen.
“Mereka akan merasakan dan mengalami suasana kerja yang penuh dengan ketidakpastian, dan menurunnya rasa aman. Juga munculnya survivor guilt yaitu perasaan bersalah melihat rekan dan pegawainya terkena PHK,” katanya lagi.
Pakar yang baru saja merilis buku berjudul Psikologi Perubahan Organisasi ini juga berkomentar tentang mengapa perusahaan-perusahaan besar yang sudah sangat mapan dan maju bisa bangkrut atau mengalami pailit. Menurut dia, perusahaan-perusahaan besar itu umumnya memiliki histori yang sangat menggembirakan.
Oleh karena itu, lanjut dia, biasanya mereka merasa sangat yakin berhasil dan mampu mengahadapi tantangan finansial. Ini menjadikan manajemen menjadi berani mengambil resiko tanpa mempertimbangkan kegagalan.
Padahal, kata Tulus lagi, bisa jadi akibat keberanianya ini mengakibatkan kewajiban finansialnya terus meningkat melampaui kemampuan perusahaan. “Konsep ini disebut sebagai overconfidence bias,” jelasnya,
Sumber: