Jumlah Pekurban Iduladha 2025 Anjlok, Tanda Daya Beli Melemah, Dampaknya Sampai ke Peternak
Ilustrasi hewan kurban--malangkota.go.id
MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Iduladha 1446 Hijriah, yang jatuh pada Jumat (6/6), tak hanya menjadi momentum ibadah, tetapi juga cerminan nyata kondisi ekonomi nasional.
Berdasarkan riset dari Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS) yang dikutip melalui GoodStats, tahun ini hanya sekitar 1,92 juta rumah tangga yang berpartisipasi dalam ibadah kurban mengalami penurunan paling tajam dalam lima tahun terakhir.
Bandingkan dengan tahun 2024, ketika jumlah pekurban masih menyentuh angka 2,16 juta, tahun ini terjadi penyusutan lebih dari 10 persen atau sekitar 233 ribu rumah tangga. Tren ini menunjukkan bahwa ritual keagamaan pun tak luput dari tekanan ekonomi.
Berikut data tren pekurban dalam 5 tahun terakhir:
- 2021: 2,11 juta
- 2022: 2,17 juta
- 2023: 2,08 juta
- 2024: 2,16 juta
- 2025: 1,92 juta (terendah)
Potensi Ekonomi Kurban Turut Melemah
Seiring menurunnya partisipasi, proyeksi nilai ekonomi kurban juga turun menjadi Rp27,1 triliun lebih rendah dibandingkan Rp28,2 triliun tahun lalu.
Hewan kurban tahun ini terdiri dari sekitar 1,1 juta kambing dan domba, serta 503 ribu sapi dan kerbau, yang jika dikonversikan, menghasilkan sekitar 101,1 ribu ton daging untuk didistribusikan.
Lebih lanjut lagi menurut peneliti IDEAS, Haryo Mojopahit, penurunan ini erat kaitannya dengan pelemahan daya beli masyarakat, terutama di kelas menengah yang selama ini mendominasi jumlah pekurban. Beberapa penyebab utama:
- Pendapatan stagnan
- Tabungan menipis
- Ketidakpastian ekonomi global
- PHK massal di sektor industri dan jasa
Tercatat lebih dari 100 ribu pekerja di-PHK sejak 2024, sebagian besar di kawasan penopang ekonomi seperti Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Peternak Rakyat Menanggung Dampak Langsung
Biasanya, Iduladha menjadi “musim panen” bagi para peternak. Namun, tahun ini justru menjadi musim penuh ketidakpastian.
Banyak hewan belum laku terjual, harga cenderung turun, dan peternak harus menanggung biaya pakan dan operasional lebih lama.
Momen ini menjadi pengingat pentingnya kebijakan perlindungan dan pemberdayaan peternak lokal, serta distribusi daging yang lebih adil untuk menjaga semangat berkurban tetap hidup dalam kondisi ekonomi sulit.
Dari penurunan jumlah pekurban hingga lesunya sektor peternakan, semuanya menunjukkan perlunya kebijakan terintegrasi antara aspek keagamaan, sosial, dan ekonomi.
Sumber: institute for demographic and affluence studies (ideas)
