Takut Gagal di Tahap Case Study Interview Kerja? Simak 9 Rekomendasi Cara Menaklukkan Berikut Ini!
Ilustrasi Kegiatan Case Study Interview Dalam Rekrutmen Kerja-pinterest-
MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Interview kerja di era kini bukan saja soal ngobrol santai soal pengalaman organisasi. Banyak perusahaan—terutama konsultan, startup, dan korporasi besar—lebih memilih menguji kandidat lewat case study interview. Tujuannya bukan cuma cari tahu siapa yang pintar, tapi siapa yang mampu berpikir sistematis di bawah tekanan (problem solving).
Interview jenis ini biasanya mengangkat persoalan bisnis nyata—seperti kenapa penjualan turun di wilayah tertentu, atau strategi ekspansi terbaik untuk produk baru.
Tidak harus tahu segalanya, yang penting tahu cara berpikirnya.
Berikut ini sembilan cara menghadapi case study interview dengan kepala dingin dan struktur yang meyakinkan!
1. Pahami Tujuan dari Case Study Interview
Case study bukan sekadar soal tes otak. Tujuan utamanya adalah menilai bagaimana kandidat berpikir, mengambil keputusan, dan menyampaikan solusi. Pewawancara ingin melihat alur logika, bukan jawaban sempurna. Makanya, proses berpikir jauh lebih penting dari hasil akhir.
Contoh kasus yang biasa muncul: “Perusahaan sepatu mengalami penurunan penjualan 30 persen di Jawa Timur dalam 3 bulan terakhir. Apa yang harus dilakukan?” Jawaban langsung "buat promo" terlalu reaktif. Pendekatan yang benar: minta data penjualan, tren konsumen, hingga kompetitor, lalu susun analisis langkah per langkah.
2. Klarifikasi Masalah Sejak Awal
Begitu kasus diberikan, jangan langsung menjawab. Klarifikasi dulu: "Apakah ini hanya terjadi di satu daerah atau nasional?", atau "Apakah produk yang dimaksud spesifik untuk segmen tertentu?" Bertanya di awal justru menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan tidak gegabah.
Contoh lain: “Startup e-commerce mengalami lonjakan biaya logistik.” Sebelum menjawab, bisa ditanya: "Biaya meningkat karena volume naik atau sistem distribusi yang tidak efisien?" Jawaban jadi lebih tajam setelah tahu konteks yang lebih spesifik.
3. Gunakan Framework, Tapi Jangan Kaku
Framework seperti SWOT, 4P Marketing, atau Porter’s Five Forces bisa jadi alat bantu untuk menyusun analisis. Tapi penting untuk tidak terlihat seperti robot yang hanya menghafal. Sesuaikan dengan konteks kasus yang diberikan.
Misalnya, dalam kasus “Strategi ekspansi minuman sehat ke pasar Asia Tenggara”, gunakan framework PESTEL (politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan, hukum) untuk mengidentifikasi tantangan di tiap negara. Tapi jangan lupa imbangi dengan pemahaman lokal seperti budaya minum jamu atau tren diet.
4. Bagi Masalah Menjadi Bagian Kecil
Sumber: reddit
