UB Serius Tangani Kesehatan Mental Mahasiswa, Sediakan Konseling Gratis dan Latihan Mindfulness
Ulifa Rahma, S Psi., M.Psi, Psikolog dan Kepala Pusat Konseling Pencegahan Kekerasan Seksual dan Perundungan UB--ub
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Permasalahan kesehatan mental mahasiswa terus menjadi perhatian utama Universitas Brawijaya (UB). Tidak sedikit mahasiswa menghadapi tekanan yang berat, mulai dari stres, kecemasan, kelelahan mental (burnout), hingga depresi.
Psikolog UB Ulifa Rahma, S.Psi., M.Psi., menjelaskan bahwa akar dari masalah kesehataj mental sangat kompleks. Kasus-kasus yang terjadi terkait kesehatan mental belakangan ini, menurut dia sebagian besar kasus berasal dari pengalaman masa lalu yang belum terselesaikan.
"Pengalaman masa lalu itu kembali muncul ketika mahasiswa berada di lingkungan baru, seperti saat mulai merantau." ungkapnya.
Kondisi tersebut bisa semakin parah jika mahasiswa enggan berbagi cerita atau merasa takut untuk mencari bantuan. Menurut Ulifa, keberanian untuk terbuka adalah langkah awal yang sangat penting dalam proses pemulihan.
"Menyadari emosi yang dirasakan tanpa mengabaikannya, serta memahami diri sendiri adalah fondasi utama untuk bangkit." tambahnya.
Salah satu cara yang direkomendasikan Ulifa adalah latihan mindfulness dan self-awareness. Kedua metode ini membantu mahasiswa lebih terhubung dengan diri mereka sendiri, sehingga bisa menghadapi tekanan dengan kepala dingin. Selain itu, mahasiswa juga didorong untuk memiliki strategi coping yang sehat melalui kegiatan-kegiatan positif.
BACA JUGA:9 Cara Paling Sederhana dan Efektif untuk Merawat Kesehatan Mental
Sebagai bentuk dukungan nyata, UB telah menyediakan layanan konseling gratis yang dapat diakses oleh seluruh mahasiswa. Layanan ini dikelola oleh Pusat Konseling Pencegahan Kekerasan Seksual dan Perundungan, di bawah Direktorat Kemahasiswaan. Berdiri sejak 2017, pusat konseling ini telah membantu 600–800 mahasiswa setiap tahun.
Menariknya, layanan ini tidak hanya fokus pada kesehatan mental, tapi juga mencakup berbagai permasalahan lain seperti konflik keluarga, masalah akademik, krisis relasi, kekerasan, hingga perundungan. Mahasiswa bisa memilih konsultasi secara langsung atau daring, dengan beragam pilihan tenaga profesional mulai dari psikolog, psikiater, konsultan hukum, hingga peer counselor atau teman sebaya.
"Kami sadar, banyak mahasiswa masih takut atau merasa malu untuk datang ke layanan konseling. Padahal, justru dengan berani mencari pertolongan, seseorang menunjukkan kekuatan, bukan kelemahan." tegas Ulifa yang kini menjabat sebagai Kepala Pusat Konseling tersebut.
Tak hanya konseling, UB juga secara rutin menyelenggarakan berbagai program psikoedukasi. Mulai dari pelatihan psychological first aid (PFA), pelatihan peer counselor, hingga pembekalan dosen Penasehat Akademik agar lebih peka terhadap isu kesehatan mental mahasiswa.
Melalui inisiatif ini, UB berharap mahasiswa tidak hanya mampu menyelesaikan masalah pribadinya, tetapi juga berkembang menjadi individu yang tangguh, sadar diri, dan berperilaku positif dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber: prasetya ub
