Meriahkan Hari Raya Kupatan, Kampung Budaya Polowijen Gelar Riyoyo Kupatan Bersama Warga

Ki Demang gelar acara rioyo kupatan-Agung Budi Prasetyo-Agung Budi Prasetyo
MALANG, DISWAYMALANG.ID – Dalam rangka memperingati Hari Raya Kupatan yang jatuh pada hari kedelapan Idulfitri, Kampung Budaya Polowijen (KBP) di Kecamatan Blimbing, Kota Malang, mengadakan kegiatan "Riyoyo Kupatan" yang dihadiri oleh warga sekitar. Acara ini digelar pada Senin, 7 April 2025, di Pawon Kampung Budaya Polowijen, dan dipimpin langsung oleh penggagas budaya lokal, Isa Wahyudi atau yang lebih dikenal sebagai Ki Demang.
Riyoyo Kupatan: Tradisi yang Sarat Edukasi dan Nilai Budaya
Riyoyo Kupatan merupakan tradisi yang biasanya dilaksanakan setelah masyarakat kembali dari mudik dan kegiatan silaturahmi keluarga. Ki Demang menjelaskan bahwa perayaan tahun ini dikemas lebih edukatif dan interaktif agar tidak monoton, serta mengangkat unsur pelestarian budaya.
“Peringatan riyoyo kupatan tahun ini dikemas dengan berbagai kegiatan menarik yang bersifat edukatif, terutama bagi anak-anak,” ujar Ki Demang.
Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah tema unik tahun ini, yaitu "Ragam Ketupat Nusantara". Ki Demang mengungkapkan bahwa di Indonesia terdapat 12 jenis ketupat, namun dalam kegiatan ini baru 8 jenis yang berhasil didokumentasikan dan dibahas.
Pelatihan Membuat Ketupat: Warisan Budaya Tak Benda
Acara Riyoyo Kupatan bukan sekadar perayaan, namun juga menjadi sarana edukasi budaya, terutama bagi generasi muda. Anak-anak diajak langsung untuk mempelajari dan mempraktikkan cara membuat ketupat sebagai bentuk pelestarian warisan budaya tak benda.
“Ketupat adalah bagian dari budaya kita yang harus dikenalkan dan diajarkan kepada anak-anak agar tidak punah,” tegas Ki Demang.
Masak Bersama di Pawon, Simbol Kebersamaan yang Kental
Keunikan dari perayaan ini terletak pada proses memasak ketupat yang dilakukan secara tradisional di pawon atau dapur khas Jawa. Ketupat yang telah dibuat bersama kemudian dimasak menggunakan tungku kayu bakar dan disantap bersama-sama oleh seluruh peserta.
“Pawon bukan sekadar dapur, tapi tempat sakral yang menyimbolkan kehangatan dan kekeluargaan. Tidak semua orang diizinkan masuk ke dapur, jadi kegiatan ini penuh makna,” tambah Ki Demang.
Pelestarian Tradisi Kupatan untuk Generasi Mendatang
Ki Demang berharap agar kegiatan Riyoyo Kupatan ini bisa terus dilestarikan dan menjadi agenda rutin di setiap wilayah atau kampung. Ia menyarankan agar setiap kampung bisa mengadakan pelatihan membuat ketupat mingguan, terutama bagi anak-anak.
“Kupatan sekarang mulai luntur. Harapannya, tiap kampung bisa mengadakan pelatihan membuat ketupat agar tradisi ini tetap hidup dan dicintai oleh generasi muda,” pungkasnya.
Sumber: