Perilaku YONO dan YOLO Dibahas dalam Kuliah Tamu di UB tentang Fenomena Kesehatan Mental Era Digital

Magister Sains Psikologi UB Kampanyekan Semboyan "YONO" (You Only Need One)--fisip.ub.ac.id
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Fenomena pola hidup YONO dan YOLO dibahas dalam kuliah tamu di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB) Rabu (19/2). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Program Studi Magister Sains Psikologi UB ini menghadirkan pemateri tamu dr Gamal Albinsaid M.Biomed, anggota DPR RI asal Kota Malang.
Juga ikut menyampaikan materi dalam kegiatan tahunan ini, Cleoputri Yusainy, Ph.D, dosen di Departemen Psikologi UB. Dua pemateri ini utamanya membahas fenomena kesehatan mental pada era digital
Tema utama itu dibahas secara detil, yang menyangkut beberapa isu terkait. Antara lain isu pola hidup di era digital yang sekarang cenderung mengarah ke sifat impulsif dan konsumtif dikarenakan adanya tren dan berbagai kemudahan dari era digital untuk mendapatkan sesuatu.
Dalam istilah populer, pola hidup yang cenderung impulsif itu disebut sebagai YOLO singkatan dari You Only Live Once. Sedangkan kebalikannya, yang konotasinya lebih positif adalah YONO (You Only Need One).
BACA JUGA:Gaya Hidup Anak Muda yang Sesang Tren, Antara YONO yang Hemat dan YOLO Si Penikmat Hidup
Aware terhadap Isu Terkini
Ketua Program Studi Magister Sains Psikologi UB Dr. Sumi Lestari, S.Psi., M.Si menjelaskan bahwa kuliah tamu ini merupakan agenda tahunan yang rutin dilakukan untuk membahas isu-isu terkini.
“Sebetulnya pada prinsipnya kegiatan kuliah tamu ini memang diinisiasi oleh Magister Sains Psikologi, yang mana ini merupakan kegiatan rutin tiap tahun yang sudah kami lakukan dengan memberikan tema-tema terkini, supaya kemudian teman-teman psikologi bisa lebih aware terhadap isu-isu kontemporer,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Sumi menjelaskan bahwa kampanye YONO hadir sebagai respons terhadap fenomena YOLO yang sering dikaitkan dengan polahidup hedonis dan impulsif dalam berbelanja.
“Nah itu sebabnya pemilihan topiknya itu adalah YONO. Karena memang ada pergeseran dari yang awalnya YOLO, yang menyebabkan sifat hedonis dan menikmati hidup tanpa perencanaan matang, menjadi YONO,” jelasnya.
Pergeseran dari “YOLO” menjadi “YONO” menurut Dr. Sumi disebut sebagai respons dari hedonisme dan sifat impulsif semboyan “YOLO”.
Dr. Sumi menjelaskan, prinsip
YONO adalah tentang bagaimana individu hidup dengan mampu mengelola keuangan, mengontrol keinginan dan memilih barang secara berkualitas.
"Jadi, lebih baik membeli satu barang yang berkualitas tinggi dan bisa digunakan dalam jangka panjang,” lanjutnya.
Ancaman Pembayaran Digital
Sementara itu, Dekan FISIP UB, Prof. Anang Sujoko, S.Sos., M.Si., D.COMM, turut mengapresiasi inisiatif kegiatan ini. Menurut dia, kemudahan dalam berbelanja dan pembayaran di era digital memiliki dampak psikologis yang sering kali tidak disadari masyarakat.
“Mungkin kita tidak melihat ini sebagai ancaman, tetapi kemudahan berbelanja seperti cicilan dan bayar belakangan bisa memicu orang untuk membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan,” jelasnya.
“Akibatnya, mereka bisa terjebak dalam pinjaman online atau penggunaan kartu kredit yang berlebihan, yang pada akhirnya berdampak pada kondisi psikologis mereka,” sambung Prof Anang Sujoko.
Selain memberikan wawasan tentang pengelolaan keuangan yang sehat, kegiatan ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan Program Magister Sains Psikologi UB yang baru berusia satu tahun sejak didirikan pada 25 Maret 2024 lalu. (*)
Sumber: fisip.ub.ac.id