UM Kolaborasi dengan Universitas Belanda, Gelar Diskusi Humaniora

UM Kolaborasi dengan Universitas Belanda, Gelar Diskusi Humaniora

Diskusi yang berlangsung di Pustakafe UM mendatangkan dua narasumber dari KITLV Belanda--um.ac.id

LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Universitas Negeri Malang (UM) terus memperkuat posisinya sebagai pusat akademik yang unggul melalui berbagai inisiatif ilmiah. Salah satu langkah terbarunya adalah penyelenggaraan diskusi ilmiah bertajuk "Serba-Serbi Riset Sosial Humaniora di Eropa", yang berlangsung di Pustakafe UM pada Senin (10/2). 

Acara ini menghadirkan dua narasumber dari Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV), yaitu Dr. Taufiq Hanafi dan Drs. Ireen Hoogenboom, serta dihadiri oleh dosen, peneliti, dan mahasiswa UM.

KITLV dan Peranannya dalam Studi Sosial Humaniora

Dalam pemaparannya, Drs. Ireen Hoogenboom menjelaskan bahwa KITLV merupakan lembaga penelitian yang telah berdiri sejak tahun 1851. Lembaga ini fokus pada pengumpulan data serta penelitian terkait kondisi sosial, budaya, dan sejarah di wilayah bekas koloni Belanda.

“Sejak 1969, KITLV telah membuka perwakilan di Jakarta dan menjalin kolaborasi dengan universitas di Indonesia, termasuk UM,” jelasnya. 

Hal ini menandakan eratnya hubungan akademik antara Indonesia dan Eropa dalam memperkaya kajian sosial humaniora.

Pentingnya Kolaborasi Akademik Internasional

Diskusi ini tidak hanya bertujuan untuk berbagi wawasan seputar dinamika riset di Eropa tetapi juga mempererat hubungan akademik antara UM dan lembaga riset internasional. 

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan UM, Dr. Nurenzia Yanuar, M.A., menegaskan bahwa kerja sama ini sangat penting untuk memperluas cakupan penelitian di UM.

“Diskusi ini bertujuan mendekatkan akademisi Eropa dengan sivitas akademika UM. Kami berharap kolaborasi dengan KITLV dapat menghasilkan penelitian-penelitian baru yang inovatif,” ujar Dr. Nurenzia.

Tantangan dan Tren Penelitian di Eropa

Dalam sesi diskusi, berbagai tantangan yang dihadapi oleh peneliti di Indonesia dan Eropa turut dibahas. Beberapa isu utama yang diangkat meliputi sistem pendanaan penelitian, perbedaan regulasi publikasi jurnal nasional dan internasional, serta tren tema riset yang diminati di Eropa.

Menurut Evi Eliyanah, S.S., M.A., Ph.D., Direktur Hubungan Internasional UM, riset lintas disiplin kini menjadi salah satu tren yang berkembang pesat di dunia akademik global.

“Penelitian yang menggabungkan bidang sains dan teknologi (saintek) serta sosial humaniora (soshum) semakin relevan, namun tetap dalam perspektif masing-masing keilmuan,” ungkapnya.

Sumber: um.ac.id