Zhao Lu Si: Saya Depresi dan Mengalami Kekerasan Fisik
Foto terakhir Zhao Lu Si, memperlihatkan wajahnya yang tidak segar.--mydramalist
MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Setelah menjadi berita utama karena dugaan menjadi korban penganiyaan, aktris Zhao Lu Si akhirnya buka suara soal apa yang dialaminya.
Zhao Lu Si menjadi berita utama setelah foto yang memperlihatkan dirinya di kursi roda menjadi viral. Agensi Zhao Lu Si mengunggah pernyataan resmi di Weibo, menjelaskan bahwa Zhao Lu Si tiba-tiba jatuh sakit selama syuting dan segera pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan perawatan.
Foto-foto kondisi yang menggambarkan kondisinya yang mengenaskan semakin membuat para penggemar prihatin. Contohnya, foto timbangan badan yang menunjukkan betapa aktris mungil tersebut sangat kurus. Juga wajahnya yang biasanya tampak montok menjadi terlalu tirus.
Kemudian terungkap oleh seorang teman dekatnya bahwa aktris tersebut telah dirawat di rumah sakit karena afasia, gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak.
Pada 1 Januari 2025, aktris Tiongkok yang telah membintangi banyak drama tersebut mengunggah rincian tentang kondisinya di media sosialnya.
Berikut isi unggahannya:
Ini adalah tanggapan pertama dan terakhir saya atas semua yang terjadi baru-baru ini. Saya dengan tulus meminta maaf karena telah menghabiskan sumber daya publik. Sebelumnya, saya tidak pernah membiarkan penyakit memengaruhi pekerjaan saya atau orang-orang di sekitar saya. Saya juga mengakui masalah saya sendiri. Karena saya cenderung menanggung banyak hal, butuh waktu setengah bulan terakhir ini bagi saya untuk menyadari bahwa jauh di lubuk hati, saya sebenarnya bukanlah orang yang murah hati dan toleran seperti yang saya kira. Oleh karena itu, saya juga bertanggung jawab.
Profesi saya telah memberi saya lebih banyak bantuan dan dukungan, yang sangat saya syukuri dan saya merasa sangat beruntung. Jadi, saya dapat memahami semua kesalahpahaman yang mungkin muncul.
Saya sepenuhnya mendukung gagasan bahwa Anda dapat memilih karier yang Anda cita-citakan kapan saja karena Anda selalu memiliki hak untuk keluar dari situasi yang melelahkan dan sulit yang Anda alami. Jika Anda ingin berhenti, Anda dapat berhenti kapan saja. Anda bebas, dan Anda juga bisa menjadi pemberani.
Saya juga memahami bahwa setiap orang pernah mengalami keluhan dan ketidakadilan [dalam hidup]. Saya telah mendengar terlalu banyak cerita yang mengerikan. Jika seseorang, tanpa menerima bantuan apa pun, dibungkam sementara pelaku terus meningkatkan perilaku [buruk] mereka — terlepas dari profesi, usia, atau jenis kelamin — saya percaya ini sepenuhnya salah. Memaksa seseorang untuk membuka kembali luka mereka hanya untuk membuktikan bahwa mereka tidak 'berpikir berlebihan', tidak 'terlalu lemah untuk bertahan', atau tidak 'tidak puas' adalah tidak masuk akal.
Apa pun penyebab traumanya, tidak seorang pun kecuali dokter yang berhak menilai seberapa parah kejadian tersebut, atau apakah itu dapat dianggap sebagai penyebab penyakit.
Pada tahun 2019, saya mengalami depresi tetapi diberitahu hal-hal seperti, 'Jangan membesar-besarkannya' dan 'Berpikirlah positif saja, dan semuanya akan baik-baik saja.' Saya juga merasa bahwa saya terlalu dramatis dan sensitif, jadi saya tidak memperhatikan masalah kesehatan mental saya.
Pada tahun 2021, saya mulai merasakan sensasi seperti serangga merayapi tubuh saya dan jarum menusuk kulit saya, disertai dengan alergi. Bahkan setelah minum obat dan disuntik di rumah sakit, gejalanya tidak membaik. Kemudian, saya menemui psikolog dan memulai pengobatan untuk meredakan ketegangan emosional saya.
Pada tahun 2023, serangkaian kejadian terjadi satu demi satu dalam waktu yang singkat. Saya mengalami pneumonia, emfisema, pityriasis rosea, urtikaria, keringat malam yang membuat saya terbangun, tuli mendadak karena masalah neurologis, dan juga [harus berhadapan dengan] berita tentang saudara yang meninggal dunia dan didiagnosis menderita kanker. Namun, beban kejadian tersebut membayangi emosi saya, membuat saya terus mengabaikan diri sendiri [dan emosi saya].
Baru pada tahun 2024 saya mulai sering mengalami napas kering, pusing, nyeri sendi, nyeri leher, dan gejala somatik lainnya yang jelas, bersamaan dengan alergi yang memburuk. Saat itu, saya pikir ini adalah efek samping normal dari obat yang menargetkan alergi yang saya konsumsi.
Ketika saya masih kecil, orang-orang sering mengatakan saya adalah 'vas bunga' yang tidak berguna [hanya wajah cantik]. Selama bimbingan belajar sepulang sekolah, saya dipukuli di asrama guru. Saat itu, saya pikir itu wajar karena prestasi akademis saya buruk. Saya tidak berani bicara karena saya percaya bahwa 'setiap masalah harus dicari akar penyebabnya dari dalam diri sendiri.'
Setelah dewasa, saya kembali mengalami kekerasan fisik. Saya pikir kegagalan masuk sekolah akting sepenuhnya salah saya. Saya tidak berani membuat keributan; saya hanya ingin melarikan diri. Saya sudah terbiasa menangani semuanya sendiri dan tidak pernah terbiasa mencari bantuan dari siapa pun. Kemudian, ketika karya saya mulai diakui, saya akhirnya memiliki kepercayaan diri untuk mengucapkan selamat tinggal, berkat dukungan dan dorongan dari orang lain.
Pada akhirnya, orang tersebut mengambil 'biaya putus' yang sangat besar dan baru kemudian bersedia menghentikan perilaku ekstremnya dengan 'menangis, membuat masalah, dan mengancam bunuh diri.' Ada rumor dan fitnah terus-menerus baik di dalam maupun di luar industri, dan banyak orang 'bergosip' sebelum datang untuk mengobrol dengan saya. Saya menyadari bahwa setiap kejadian hanya memperdalam rasa sakit. Jadi, kerusakan itu tidak pernah benar-benar berhenti...
Saya sangat memahami bahwa saya tidak berhak menginginkan segalanya atau mengharapkan teman-teman, orang tua, teman, dan semua orang di sekitar saya untuk menjadi sempurna. Mereka tidak pernah menyakiti saya dan telah melakukan yang terbaik untuk melindungi saya — itu sudah cukup [bagi saya].
Saya tidak pernah membicarakan penyakit [saya] ini sebelumnya karena saya tidak ingin penyakit itu dicap sebagai apa yang disebut 'kehebohan.' Namun, sekarang setelah semuanya menjadi seperti ini, saya hanya berharap dapat membantu lebih banyak orang memahami: Depresi [merasa tertekan] adalah emosi, tetapi depresi sebagai gangguan adalah penyakit. Penyakit itu tidak dapat diatasi hanya dengan 'berpikir positif' atau 'membicarakannya.'
Saya sungguh berharap bahwa Anda yang 'merasakan hal yang sama seperti saya' menyadari bahwa dalam situasi seperti itu, apakah Anda benar-benar 'dipahami' atau tidak tidak lagi menjadi masalah.
[Yang lebih buruk,] Anda akan terus berjuang untuk membuktikan diri di tengah pusaran diskusi publik tetapi tetap tidak mampu menyelamatkan diri sendiri. Memahami [dan mempelajari] penyakit psikologis dan memprioritaskan pengobatan sangatlah penting. Penyesalan adalah emosi yang tidak berguna.
Jadi anggaplah ini sebagai 'periode khusus' untuk membalikkan konflik batin yang telah Anda bawa [dari masa lalu], dan kesempatan untuk membangun kembali diri Anda.
Saya sangat berterima kasih atas semua perhatian karena cinta telah membiarkan saya hidup sekali lagi.
Semoga semua orang mendapatkan Tahun Baru yang Bahagia dan kebahagiaan setiap hari.
Kesaksian Teman Dekat
Sebelumnya diberitakan seseorang yang mengaku teman dekat Lu Si yang menyembunyikan identitasnya mengunggah kisah penganiayaan yang menimpa Lu Si. Menurutnya, pelakunya adalah beberapa pimpinan di perusahaan agensi tempat Lu Si bernaung. Misalnya, Lu Si pernah dikeroyok di kamar mandi, disiksa secara fisik dan verbal.
“Mereka mengatakan aku tidak berguna. Mereka memarahiku selama dua jam. Itu karena aku gagal mendapatkan peran di audisi,” demikian teman itu menirukan perkataan Lu Si, tentang kejadian di tahun 2019.
Kejadian itu bukan satu-satunya siksaan yang menimpa Lu Si. Masih menurut si teman, Lu Si mengaku pernah dijambak dan dipukul.
Sontak postingan teman yang merinci kejadian yang menimpa Lu Si menjadi berita besar.
Menanggapi postingan itu, sore tanggal 31 Desember, artis Zhu Rui, yang Bersama Lu Si bermain dalam drama The Story of Pearl Girl, mengunggah pernyataan sebagai tanggapan atas unggahan yang mengatakan bahwa Zhao Lu Si dianiaya secara fisik dan verbal oleh bos perusahaannya.
Ia mengklarifikasi bahwa perundungan itu berasal dari bosnya sebelumnya, dan menekankan bahwa Lu Si memiliki hubungan yang baik dengan bosnya saat ini. Ia meminta orang yang berbuat salah untuk meminta maaf tetapi mendesak orang-orang untuk tidak membiarkan pihak yang tidak bersalah menanggung kesalahan.
Di Indonesia, Lu Si sangat terkenal setelah membintangi banyak serial drama yang sangat sukses. Contohnya adalah Hidden Love, Love Like the Galaxy 1 dan 2, dan Dating in the Kitchen. Tepat sebelum diberitakan sakit, drama Lu Si yang tayang adalah The Story of Pearl Girl. (*)
Sumber: mydramalist