Pakar UB Nilai Cawali Banyak Followers di Dunia Maya Berpeluang Unggul

Pakar UB Nilai Cawali Banyak Followers di Dunia Maya Berpeluang Unggul

Balai Kota Malang, siapa yang akan menghuni ditentukan dari hasil Pilwakot 2024-Dok. Pemkot Malang-malangkota.go.id

DINOYO, DISWAY MALANG.COM—Pergeseran strategis kampanye yang semula pola konvensional menjadi kampanye yang mengandalkan teknologi digital diperkirakan akan  terjadi dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Termasuk, dalam Pilkada di wilayah Malang Raya, yang seperti juga di daerah lain tahapan-tahapannya sudah dimulai sejak akhir Agustus 2024 lalu, dengan hari pemungutan suara dilakukan serentak pada 27 November 2024 mendatang.

Tengara tersebut disampaikan oleh para pakar UB yang tergabung dalam Tim Peneliti Perilaku Pemilih di Era Digital, yang memaparkan hasil penelitian terkait Pilkada 2024,  kepada wartawan dalam kegiatan Obrolan Santai (Bonsai) di Griya Brawijaya, Kampus UB Dinoyo, Lowokwaru, Kamis, 12 September 2024. Bonsai adalah kegiatan pertemuan rutin antara pihak UB dan kalangan media, biasanya untuk membahas isu-isu penting yang sedang jadi perbincangan maupun jadi masalah di masyarakat.

“Strategi kampanye akan menentukan bagaimana bisa menarik pemilih, Orang mau memilih  juga tergantung dari strategi kampanyenya, selain juga melihat kepada program mana yang dinilai berpihak kepada masyarakat,” papar Ketua Tim Peneliti Perilaku Pemilih di Era Digital, Andhyka Muttaqin S.AP., M.PA.

Terkait strategi kampanye yang ditengara akan terjadi pada Pilkada 2024 ini, Novy Setia Yunas, S.IP., M.IP, salah satu anggota tim peneliti menambahkan, pola kampanye dalam Pilkada 2024 ini diperkirakan akan terpengaruh atau berasih perkembangan teknologi. Ini merujuk ke fakta bahwa perkembangan teknologi telah membawa pengaruh pada berbagai perubahan mulai dari perilaku memilih masyarakat. Termasuk, dalam metode kampanye.

Dia menyakini,  pergeseran pola kampanye dari konvensional ke pola digital akan makin terlihat pada kampanye pilkada tahun ini. Demikian pula untuk pola-pola rekruitmen politik dan pendidikan politik yang akan lebih mengutamakan berbasis teknologi, antara lain lewat media sosial.

Andhyka Muttaqin bersama Novy Setia Yunas saat paparan hasil penelian Tim UB terkait Pilwakot Malang, di Griya Brawijaya, Klojen, Kamis (12'9)

“Disrupsi teknologi yang sejalan dengan dominasi pemilih muda saat ini juga menggeser pola patronase politik yang dahulunya pada orang orang dengan power dan kharisma yang begitu besar, kini bergeser pada sosok yang memiliki followers dan influence besar di dunia maya,"  papar Yunas.

Pria yang juga menjabat Ketua Bidang Kerjasama BP2M FISIP UB menambahkan, perubahan-perubahan yang terjadi saat ini membuat strategi kampanye politik juga akan berbeda dengan tahun sebelumnya.  Dia merujuk apa yang telah terjadi pada pola kampanye pada Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif tahun 2024 ini. Khususnya, di tingkat nasional. Saat itu, menurut Yunas, mayoritas kandidat menggunakan pendekatan atau model kampanye berbasis teknologi informasi serta media sosial, dan menggunakan desain kampanye yang menarik, kreatif dan inovatif.

“Model kampanye yang mengandalkan aspek kreatif berciri khas anak muda dan pendekatan berbasis teknologi informasi serta media sosial tentu akan menjadi pola baru yang akan diadopsi para kontestan di tingkat lokal,” tambahnya. Konstestasi tingkat lokal yang dimaksud adalah Pilkada 2024, termasuk Pilkada di Malang Raya.

Sebelumnya, Andhyka selaku Ketua Tm Peneliti juga memaparkan bahwa penelitian terkait perilaku pemilih Pilkada 2024 ini --khususnya pemilihan wali kota Malang--,  bertujuan untuk mendapatkan calon wali kota yang baik, amanah, Yakni, calon wali kota yang bisa mengakomodir semua pihak tidak hanya untuk kepentingkan partai tapi masyarakat kota Malang secara khusus.

Tiga pasangan calon wali kota dan calon wakil wali kota yang sudah terdaftar saat ini, di antaranya terdapat sosok baru. Yakni, Wahyu Hidayat yang berpasangan dengan Ali Muthohirin. Wahyu Hidayat memang sempat jadi Pj Wali Kota Malang, namun sebelum ini dia lebih dikenal sebagai sosok pejabat di Kabupaten Malang, dengan jabatan terakhir Sekretaris Daerah Kabupaten Malang. Satu lagi nama yang benar-benar baru adalah Heri Cahyono. Sementara Mochammad Anton atau lebih dikenal sebagai Abah Anton, pernah menjadi wali kota Malang periode 2013-2018.

Menanggapi pasangan calon yang masih baru di mata masyarakat, Andhyka menjelaskan bahwa masing-masing tim sukses bisa mengenalkan elektabilitas melalui berbagai cara. Setelah ada penetapan pasangan calon wali kota dan wakil wali kota, Andhyka memperkirakan tim sukses dan mesin partai akan bergerak. “Pasti nanti akan ada sosialisasi dan kampanye dari masing-masing pasangan calon baik di media online, media sosial. Selain itu, KPU juga pasti akan mensosialisasikan calon-calon yang sudah ditetapkan,” pungkasnya, (*)

 

Sumber: