Di Konferensi Internasional FPIK UB, Pakar Korea Bahas Akuakultur Cerdas
International Conference on Fisheries and Marine Research (ICoFMR) 2024-Belqis Disway Malang-
KLOJEN, DISWAYMALANG.ID- Indonesia disebut memiliki potensi besar di bidang akuakultur atau budidaya perikanan. Potensi akuakultur Indonesia dinilai yang paling dinamis secara global.
"Akuakuktur juga berkontribusi pada ketahanan pangan, lapangan kerja, dan ekonomi nasional,” papar Hansan Park, Ph.D., Co-Director Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC).
Hansan Park Menyampaikan hal tersebut dalam International Conference on Fisheries and Marine Research (ICoFMR) di Ijen Suites Resort & Convention, Kamis (14/11). Acara tersebut digelar oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB), sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-62 FPIK UB.
Sebagai Co-Director MTCRC, Hansan Park terlibat dalam riset akuakultur di Indonesia. Karena itu, dalam paparannya dia menyoroti Akuakultur Cerdas dan Sektor Akuakultur di Blue Economy Indonesia.
MTCRC sendiri adalah pusat penelitian bersama antar pemerintah Indonesia dan Korea untuk mendukung pengembangan akuakultur Indonesia. Dalam melaksanakan penelitian tersebut, MTCRC akan bekerjasama dengan UB, melalui FPIK.
Kerjasama itu diresmikan dalam IcoFMR itu, dengan dilakukan penandatanganan kerjasama antara Direktur Direktorat Kemahasiswaan UB Dr. Sudarwo, S.P., M.P, dan Hansan Park. Ph.D dari MTCRC Korea. Ikut menyaksikan penandatanganan Dekan FPIK UB Prof. Dr. Ir. Maftuch, M.Si., IPU dan Direktur MTCRC Indonesia Ivonne M. Radjawane, Ph.D.
Dari kiri ke kanan: Prof. Maftuch (Dekan FPIK), Dr. Sujarwo, S.P., M.P. (Direktur Direktorat Kemahasiswaan Universitas Brawijaya), Ivonne M. Radjawane, Ph.D. (Direktur MTCRC Indonesia), Dr. Hansan Park (Direktur MTCRC Korea Selatan)-Belqis/diswaymalang-
Perikanan Berkelanjutan
Saat pembukaan konferensi, Dekan FPIK menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga kelestarian sumber daya laut Indonesia. Dia juga menyoroti perlunya memperkuat riset tentang perikanan berkelanjutan.
“Dari pengaruh perubahan klimaks dan degradasi ekosistem hingga pertumbuhan penelitian laut, banyak hal yang harus kita sesuaikan strategi dengan rencana baru dan inovasi manajemen yang dapat diterima secara berkelanjutan," tutur Maftuch.
Topik berkelanjutan itu selanjutnya dibahas dalam paparan dari beberapa narasumber IcoRFM. Baik pakar luar maupun dalam negeri.
Assoc. Prof. Dr. Mohammad Tamrin Bin Mohamad dari Universiti Malaysia Sabah menyajikan presentasi tentang Postbiotics as Sustainable Diseases Prevention Approaches in Aquaculture. Sesi ini membahas bagaimana teknologi postbiotik dapat digunakan untuk mencegah penyakit dalam budidaya perikanan, yang menjadi inovasi penting dalam mewujudkan praktik budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Assoc. Prof. Dr. Yi-Jay Chang dari Universitas Nasional Taiwan secara daring menyampaikan materi tentang dampak perubahan iklim terhadap distribusi tuna albakora di Samudera Pasifik Selatan. Sementara Noora Barzkar, Ph.D. dari Borneo Research Marine Institute, Malaysia mengeksplorasi potensi kolagen laut dari teripang dan ubur-ubur untuk aplikasi kesehatan dan kecantikan.
Dari Indonesia, tampil Dr. Hasan Nasrullah, S.Pi., M.Si.. Dosen di Universitas IPB ini membahas investasi pada budidaya yang tahan terhadap perubahan iklim melalui penambahan nutrisi dalam pakan ikan.
Sumber: fpik ub