1,53 Juta Lowongan Kerja di Luar Negeri Dibuka untuk Warga Indonesia: Minat Tinggi, Tantangan Juga Besar
Ilustrasi pekerja--pixabay
MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Antusiasme masyarakat Indonesia untuk bekerja di luar negeri terus mengalami lonjakan.
Bukan hanya karena alasan ekonomi semata, tapi juga karena perubahan orientasi generasi muda yang kini melihat kerja di luar negeri sebagai langkah strategis membangun karier global, bukan sekadar pelarian dari pasar kerja domestik.
Dilansir dari Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker), jumlah lowongan kerja luar negeri bagi warga Indonesia mencapai 1,53 juta posisi pada 2025.
Angka ini menunjukkan tren kenaikan signifikan dalam tiga tahun terakhir, dari 1,36 juta di tahun 2022, naik ke 1,5 juta pada 2023, dan kini menyentuh angka tertinggi dalam sejarah penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri.
Taiwan Dominasi Pasar Pekerja Migran
Dari total lowongan kerja yang tersedia, Taiwan menjadi negara dengan kontribusi tertinggi, menawarkan 1,18 juta lowongan pada 2025, naik dari 1,16 juta pada tahun sebelumnya.
Menyusul Taiwan, Malaysia membuka 137 ribu posisi, diikuti Hong Kong (71,8 ribu), Singapura (42 ribu), dan Turki (20,5 ribu).
Di sisi lain, negara dengan peluang paling sedikit tercatat Moldova dengan hanya 4 lowongan, serta Maladewa dengan 25 posisi.
Secara demografis, porsi pekerjaan untuk perempuan masih dominan, yaitu mencapai 1,04 juta posisi, dibandingkan 447 ribu posisi untuk laki-laki, sementara sisanya terbuka untuk keduanya.
Alasan dan Motivasi Tingginya Minat
Motivasi masyarakat Indonesia untuk bekerja di luar negeri tidak hanya berlandaskan pada tingginya penghasilan, tapi juga keinginan untuk belajar budaya baru, memperluas jejaring profesional, hingga mengejar kualitas hidup yang lebih baik.
Meski peluang besar terbuka lebar, tantangan dan kekhawatiran tetap membayangi. Berdasarkan survei Populix terhadap 1.000 responden Indonesia pada 5 hingga 6 Maret 2025, perbedaan budaya menjadi tantangan utama bagi pekerja migran.
Interaksi dengan kebiasaan asing dan gaya hidup yang jauh berbeda membuat sebagian pekerja merasa tidak nyaman, bahkan tertekan.
Sebanyak 52 persen responden juga mengkhawatirkan biaya hidup yang tinggi di negara tujuan.
Meskipun gaji cenderung lebih tinggi dibanding di Indonesia, harga kebutuhan pokok yang mahal bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi mereka yang baru memulai karier.
Kekhawatiran lain yang menonjol adalah soal bahasa. Sekitar 50 persen responden menyatakan cemas dengan keterbatasan kemampuan bahasa, terutama di negara-negara yang tidak umum menggunakan bahasa Inggris.
Sumber: kemnaker ri
