1 tahun disway

Pimpin Upacara Hardiknas, Mendiktisaintek Sebut Transformasi Menuju Pendidikan Berdampak

Pimpin Upacara Hardiknas, Mendiktisaintek Sebut Transformasi Menuju Pendidikan Berdampak

Mahasiswa UNJ Jakarta tampil membawakan tari-tarian di sela-sela peringatan Hardiknas Kemendiktisaintek, Jumat (2/5)--disway news network

JAKARTA, DISWAYMALANG.ID -- Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menekankan urgensi transformasi pendidikan di era ketika masalah canggung menjadi tantangan. Berbagai masalah-masalah global yang kompleks, saling terkait, dan tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara biasa.

"Krisis iklim, ketimpangan ekonomi, revolusi digital, krisis kepercayaan sosial, serta disrupsi nilai dan pekerjaan akibat kecerdasan buatan. Semua ini menuntut kita untuk berpikir ulang, dan bertindak bersama," papar Brian dalam sambutannya di upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Kompleks Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta, 2 Mei 2025.

Maka dari itu, kata Brian, transformasi pendidikan tidak bisa ditunda mengingat pendidikan hari ini adalah wajah Indonesia di masa depan. Dalam membentuk masa depan tersebut dipengaruhi seberapa kuat berbagai pihak membangun kolaborasi—lintas sektor, lintas generasi, lintas disiplin, dan lintas ekosistem.

"Di Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, kami percaya bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berdampak. Untuk mewujudkannya, kami menjalankan lima perilaku utama," cetus Brian kemudian.

Sebagaimana pendidikan yang berdampak, pihaknya berfokus kepada hasil (outcome) dan dampak (impact) yang ditimbulkan dari pendidikan itu sendiri. "Kami tidak lagi cukup puas dengan laporan kegiatan dan angka-angka luaran (output). Yang lebih penting adalah: apa dampaknya bagi masyarakat? Apa perubahan nyatanya yang memberikan maslahat?" katanya.

BACA JUGA:Habis Kampus Merdeka, Terbitlah Kampus Berdampak. Apa Yang Beda?

Riset Berbasis Masalah Nyata

Sejalan dengan itu, riset dan inovasi menurut Brian  harus menjawab masalah nyata. "Kita dorong riset yang berakar pada tantangan Indonesia. Mulai dari ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, transisi energi, hingga adaptasi perubahan iklim," terangnya.

Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut menekankan pengembangan ilmu pengetahuan dan sains harus menjadi solusi sosial-ekologis."Ilmu bukan hanya milik laboratorium. Ia harus hadir dalam kebijakan publik, dalam keputusan desa, dalam keseharian warga," tuturnya.

Mendiktisaintek menyebut, hilirisasi riset dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, akan dibangun sinergi antara hasil riset dan dunia industri, UMKM, bahkan koperasi.

Dengan begitu, lanjut dia,  teknologi bukan untuk dipamerkan, tapi untuk digunakan dan dimanfaatkan seluas-luasnya.

"Karena kita tidak mencari kesempurnaan, tetapi perbaikan berkelanjutan. Kita harus berani mengakui apa yang belum berhasil, dan bersama mencari jalan keluarnya," tandasnya.

Ia mengharapkan momentum Hari Pendidikan Nasional ini sebagai titik tolok untuk memperkuat sinergi dan memperluas dampak. "Mari kita tegaskan komitmen untuk membangun pendidikan yang tidak hanya bermutu, tetapi juga merata, relevan, dan berpihak pada masa depan," lanjutnya.

Sebagai penutup, Brian mengutip pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto yang berbunyi, "Hanya bangsa yang menguasai sains dan teknologi yang akan menjadi bangsa yang makmur.” (*)

Sumber: disway news network