1 tahun disway

Agile vs Waterfall: Metodologi Mana yang Cocok untuk Proyek di Dunia Kerja?

Agile vs Waterfall: Metodologi Mana yang Cocok untuk Proyek di Dunia Kerja?

Agile vs Waterfall Untuk Manejemen Proyek dan Dunia Kerja-pinterest-

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Pemilihan metodologi manajemen proyek menjadi fondasi penting dalam menentukan arah dan keberhasilan suatu proyek.

Dua pendekatan paling populer yang sering digunakan di berbagai sektor adalah Agile dan Waterfall.

Keduanya memiliki prinsip, struktur, dan kelebihan masing-masing yang sangat bergantung pada kebutuhan proyek, budaya perusahaan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan.

Di era kerja modern yang dinamis, kecepatan dan adaptabilitas menjadi kunci. Namun, bukan berarti pendekatan yang bersifat linear dan terstruktur kehilangan relevansinya.

Untuk memahami mana yang lebih cocok diterapkan, penting untuk menelaah secara mendalam perbedaan antara Agile dan Waterfall.

Yuk simak penjelasannya!

1. Filosofi Dasar: Iteratif dan Responsif vs Linear dan Terencana

Agile berakar pada filosofi iteratif dan inkremental. Pendekatan ini berfokus pada penciptaan produk dalam potongan-potongan kecil yang disebut sprint, yang berlangsung dalam rentang waktu singkat seperti dua hingga empat minggu. Setiap sprint menghasilkan produk kerja yang dapat diuji dan diperbaiki berdasarkan masukan dari stakeholder. Pendekatan ini dirancang untuk merespons perubahan secara cepat dan efisien.

Di sisi lain, Waterfall mengandalkan prinsip linier yang membagi proyek menjadi tahapan-tahapan berurutan, seperti perencanaan, desain, implementasi, pengujian, dan peluncuran. Model ini memerlukan perencanaan menyeluruh di awal dan sangat mengandalkan keakuratan spesifikasi awal. Sebagai contoh, dalam pembangunan sistem pengawasan lalu lintas nasional, penggunaan Waterfall memastikan seluruh proses sesuai dengan regulasi dan teknis sistem.

2. Perencanaan Proyek: Ketat dan Terprediksi vs Fleksibel dan Evolutif

Waterfall menuntut semua kebutuhan proyek ditentukan sejak awal, termasuk desain, spesifikasi teknis, dan jadwal implementasi. Hal ini membuatnya cocok untuk proyek dengan ruang lingkup yang sangat jelas dan tidak boleh berubah di tengah jalan. Dalam pembangunan fasilitas energi nuklir, misalnya, setiap tahapan harus terstruktur untuk memastikan keamanan operasional.

Agile justru membagi proses perencanaan dalam potongan kecil yang disesuaikan berdasarkan hasil dari sprint sebelumnya. Perubahan spesifikasi dan permintaan baru dapat diakomodasi lebih mudah. Metode ini sangat efektif dalam proyek pengembangan perangkat lunak, seperti saat mengembangkan fitur baru dalam aplikasi e-commerce, di mana tren dan perilaku pengguna bisa berubah dalam waktu singkat.

3. Dokumentasi: Lengkap dan Formal vs Ringkas dan Berorientasi Praktis

Pendekatan Waterfall menghasilkan dokumentasi proyek yang menyeluruh, mulai dari kebutuhan pengguna hingga laporan pengujian akhir. Dokumentasi tersebut berfungsi sebagai pegangan hukum, teknis, dan administratif.

Sumber: digitalocean