Design Thinking, Cara Kreatif Memecahkan Masalah di Tempat Kerja
Design Thinking dan Tahapannya-pinterest-
4. Prototype: Uji Coba Solusi Tanpa Biaya Besar
Setelah ide-ide disaring dan dipilih yang paling menjanjikan, tibalah saatnya membuat prototipe. Ini bukan produk jadi, melainkan versi awal yang cukup baik untuk diuji. Prototipe bisa berupa diagram alur, model fisik sederhana, wireframe digital, atau simulasi proses kerja.
Tujuan dari prototyping adalah memvisualisasikan ide, mengundang tanggapan, dan mempelajari celah sejak dini. Tim keuangan, misalnya, bisa membuat simulasi dashboard pelaporan baru menggunakan Excel atau mock-up figma, sebelum mengembangkan sistem mahal yang kompleks.
Karena tidak memerlukan biaya besar, prototipe bisa diganti atau dihancurkan dengan cepat. Kegagalan di tahap ini justru diharapkan, karena artinya kita belajar sebelum melangkah lebih jauh. Prinsipnya: gagal cepat, belajar cepat.
5. Test: Validasi Lewat Umpan Balik Nyata
Prototipe yang sudah dibuat harus diuji ke pengguna nyata. Testing bukan sekadar mencari pujian, tapi benar-benar mengevaluasi apa yang berhasil dan tidak. Pengguna diminta mencoba solusi dan memberikan masukan jujur.
Misalnya, tim pelatihan di perusahaan mencoba format e-learning baru. Mereka meminta karyawan dari berbagai divisi mencoba modul tersebut, lalu mengumpulkan feedback soal isi, durasi, dan kemudahan navigasi. Hasilnya, mereka tahu mana bagian yang perlu dipangkas, diperjelas, atau ditingkatkan.
Testing juga bukan tahap terakhir. Justru ini bisa membawa tim kembali ke tahap define atau ideate. Design Thinking adalah proses iteratif—berputar dan berkembang seiring waktu. Bukan proses linear sekali jadi.
6. Design Thinking untuk HR: Perbaiki Pengalaman Karyawan
Tim HR yang menerapkan Design Thinking bisa menciptakan sistem yang benar-benar relevan bagi karyawan. Misalnya, untuk mengatasi turnover tinggi, alih-alih hanya menaikkan gaji, tim HR bisa melakukan observasi dan wawancara untuk memahami akar masalah: bisa jadi karena kurangnya jenjang karier atau komunikasi yang buruk.
Dengan memahami empati dan mendefinisikan masalah, HR bisa menciptakan ide program mentorship, uji coba skema kerja hybrid, atau pelatihan kepemimpinan berbasis peer. Setiap ide bisa diuji dalam skala kecil, lalu disesuaikan.
Hasilnya bukan cuma retensi meningkat, tapi juga karyawan merasa didengar dan dihargai. Lingkungan kerja pun jadi lebih sehat dan kolaboratif.
7. Design Thinking untuk Manajer Proyek: Atur Scope dengan Lebih Luwes
Dalam dunia proyek, sering terjadi perubahan kebutuhan di tengah jalan. Dengan pendekatan Design Thinking, manajer proyek bisa menjaga keluwesan dan tetap menjaga fokus pada solusi yang paling berdampak.
Sebagai contoh, proyek digitalisasi arsip bisa dimulai dengan mendalami kebutuhan pengguna akhir: apakah mereka kesulitan mencari dokumen, atau malah terlalu rumit dengan struktur folder? Setelah itu, prototipe sistem pencarian sederhana diuji di satu departemen.
Sumber: klaxoon
