Ternyata ini! 9 Alasan Banyak Gen Z Resign Cepat dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi Gen Z resign--getty images
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Dalam beberapa tahun terakhir, dunia kerja di Indonesia dan global dilanda perubahan cepat. Dimulai dari guncangan pandemi, remote-work, sampai digitalisasi besar-besaran. Di tengah situasi ini, muncul fenomena yang cukup ramai, yakni banyak pekerja muda dari Gen Z yang memilih resign dalam waktu relatif singkat setelah diterima kerja. Data terbaru menunjukkan bahwa banyak di antara mereka mempertimbangkan keluar bahkan dalam 1–2 tahun pertama.
Menurut survei tahun 2024 oleh panel daring di Indonesia, sekitar 3 dari 10 Gen Z yang bekerja menyatakan hanya bertahan selama 1–2 tahun sebelum memutuskan resign. Lebih jauh, survei lain pada 2025 menunjukkan bahwa tekanan lingkungan kerja, ketidakpuasan terhadap gaji, dan kurangnya fleksibilitas adalah alasan utama mereka memilih pergi.
Fenomena ini bukan soal “generasi manja” semata, tetapi cerminan pergeseran ekspektasi, nilai, dan realitas kerja pada era modern. Di bawah ini, 9 alasan utama mengapa Gen Z banyak resign cepat, dan cara praktis untuk menghadapinya, berguna baik bagi karyawan muda maupun perusahaan yang ingin mempertahankan talenta.
BACA JUGA:Tak Ada yang Penuhi Syarat, Seleksi Calon Direktur-Komisaris BWR Kota Batu Ditunda pada 2026
1. Gaji Tak sesuai Ekspektasi dan Beban Kerja (Overwork vs Underpay)
Banyak Gen Z merasa beban kerja terlalu besar, tetapi kompensasi tidak sepadan. Dalam survei 2024, 41% responden Gen Z menyebut gaji tidak memuaskan sebagai alasan utama resign.
Tipsnya adalah sebelum menerima tawaran pekerjaan, lakukan riset kisaran gaji di industri/posisi tersebut. Catat beban kerja dan jam kerja yang realistis. Bila perlu, nego ulang gaji atau tunjangan kerja tambahan.
BACA JUGA:9 Skill Digital yang Wajib Dikuasai Gen Z untuk Berkarier pada Era AI
2. Lingkungan Kerja Toxic atau Budaya Perusahaan yang Kaku
Generasi baru tumbuh di era yang menuntut transparansi, fleksibilitas, dan keseimbangan kerja–hidup. Ketika masuk ke tempat kerja dengan budaya lama seperti micromanagement, jam kerja panjang, ekspektasi tidak jelas menjadi alasan banyak yang memilih keluar.
Tipsnya adalah amati sejak wawancara awal bagaimana manajemen berinteraksi dengan cara perhatikan sikap kolega dan atasan. Jika lingkungan menunjukkan red flag, pertimbangkan kembali atau siapkan plan B sejak awal.
BACA JUGA:Belajar Cerdas ala Gen Z: Time-Blocking Jadi Tren Baru Pelajar Indonesia 2025
3. Kurangnya Peluang Berkembang (Karier dan Skill)
Gen Z cenderung ambisius dan ingin terus belajar. Jika setelah beberapa waktu merasa stagnan seperti tidak ada pelatihan, mentoring, atau jenjang karier mereka cepat kehilangan minat.
Tipsnya adalah pilih perusahaan yang menawarkan pelatihan, mentoring, atau program pengembangan dengan cara aktif tawarkan diri ikut proyek baru. Bangun jejaring profesional agar skill terus berkembang.
BACA JUGA:Tips Aktifkan Mode Belajar pada Otak, Memaksimalkan Persiapan Ujian Akhir Semester
4. Ekspektasi Kerja vs Realita (Job Mismatch)
Sering terjadi ketika posisi yang dijanjikan tidak sesuai dengan tugas sebenarnya. Banyak lulusan baru menyatakan bahwa pekerjaan pertama mereka berbeda dari yang dibayangkan sehingga membuat kecewa dan frustasi.
Tipsnya adalah pelajari deskripsi pekerjaan secara detail sebelum menerima tawaran dengan cara cari tahu review dari karyawan sebelumnya dan jangan malu bertanya spesifik selama interview.
Sumber: periskop
