1 tahun disway

FITK UIN Malang Gelar Talkshow "Inovasi Pembelajaran dengan Penerapan Nilai Ekoteologi"

FITK UIN Malang Gelar Talkshow

Salah satu rangkaian acara dalam ICIED 2025, Parallel Session: Scholars Talks dengan topik "Integrating Ecotheological Value into 21st Century Learning Innovations to Create Impactful Education"--uin-malang.ac.id

MALANG, DISWAYMALANG.ID--Sebagai bagian dari rangkaian The 10th International Conference on Islamic Education (ICIED), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Malang menggelar Parallel Session: Scholars Talks dengan topik "Integrating Ecotheological Value into 21st Century Learning Innovations to Create Impactful Education (Mengintegrasikan Nilai Eko-Teologis ke dalam Inovasi Pembelajaran Abad ke-21 untuk Menciptakan Pendidikan yang Berdampak)".

Ekoteologi mengkaji hubungan antara keyakinan agama dan lingkungan hidup. Ekoteologi berupaya menyelesaikan krisis lingkungan dengan pendekatan agama dan menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga alam adalah tanggung jawab keimanan.

Kembali ke acara talkshoe di UIN Malang, sesi tersebut menghadirkan empat pembicara yang berasal dari latar belakang profesional berbeda: Prof Taufiqurrahman MPd, Prof Esa Nur Wahyuni MPd, M Dwi Cahyono SPd, dan Ida Fitri Anggraini SPd MPd.

Keberagaman latar belakang narasumber—mulai pengajar madrasah, researcher, hingga profesor—memberikan perspektif luas mengenai bagaimana nilai-nilai ekoteologi dapat ditanamkan dalam pembelajaran pada berbagai jenjang pendidikan.

Dalam paparannya, Prof Taufiqurrahman yang merupakan guru besar di bidang Bahasa Arab, menyoroti minimnya isu lingkungan dalam literatur dan pembelajaran bahasa Arab. Ia menegaskan urgensi memperkaya kajian ekoteologi, terutama di Indonesia.

"Indonesia dan Brasil memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, tetapi justru sering mengalami kerusakan dan tidak mendapat manfaat optimal. Sebaliknya negara maju yang tidak sekaya Indonesia justru punya banyak hal."

Sementara itu, Prof Esa Nur Wahyuni menjelaskan, agar nilai ekoteologi benar-benar berdampak pada peserta didik, harus diperhatikan empat sistem yang memengaruhi perkembangan manusia, yaitu:

  1. Mikrosistem, orang atau pihak yang terlibat langsung dengan anak.
  2. Makrosistem, lingkungan yang tidak berinteraksi langsung tetapi memberi pengaruh.
  3. Mesosistem, budaya atau pola hubungan yang terbentuk dalam lingkungan sosial.
  4. Eksosistem, kebijakan pemerintah serta regulasi yang mendukung pendidikan ekologis.

Menutup sesi, Prof Esa mengingatkan, alam bukan sekadar objek, melainkan entitas yang harus diperlakukan setara dengan manusia.

“Pemerintah harus hadir melalui kebijakan yang memberdayakan. Lingkungan yang indah, aman, dan bersih harus dapat dinikmati semua orang tanpa biaya berlebih, karena alam adalah hak kita semua,” tegasnya.

Diskusi para narasumber menegaskan pentingnya pendidikan berwawasan ekoteologi sebagai langkah strategis dalam mengembangkan pembelajaran abad ke-21 yang tidak hanya inovatif, tetapi juga berkelanjutan dan berkesadaran ekologis.

Sumber: uin-malang.ac.id