Sangat Detail, Akurat, 'Tahan Gempa'! Miniatur Gedung Karya Mahasiswa Polinema Sedot Perhatian di Expo PBL
Booth Teknik Sipil pamerkan karya replika bangunan hasil proyek Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia (KBGI) mereka pada Expo Project Based Learning (PBL) Politeknik Negeri Malang (Polinema) di Graha Polinema, Selasa, 25 November 2025-Martinus Ikrar Raditya-Disway Malang
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Salah satu booth yang paling banyak dikunjungi pada Expo Project Based Learning (PBL) Politeknik Negeri Malang (Polinema) di Graha Polinema hari kedua, Rabu (26/11), adalah milik mahasiswa Teknik Sipil. Booth ini memamerkan replika bangunan dengan detail konstruksi yang sangat mirip dengan proses pembangunan nyata.
Replika gedung skala 1:30 itu menjadi pusat perhatian di antara lebih dari 200 booth yang tampil pada expo tahun ini. Replika itu memang bukan kaleng-kaleng. Karena juara 1 proyek Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia (KBGI) di Undip Semarang, November 2025, yang diikuti kampus-kampus di Indonesia.
Aidil Ghiffary, salah satu anggota tim, menjelaskan, karya tersebut merupakan hasil dari kompetisi teknik sipil terbesar di Indonesia, yang pesertanya berasal dari hampir seluruh kampus teknik sipil di tanah air. Timnya membangun replika gedung menggunakan proses konstruksi yang menyerupai metode pembangunan sebenarnya.
“Ini hasil proyek kami untuk lomba KBGI. Hampir semua kampus di Indonesia ikut lomba ini, dan kami membuat gedung skala 1 banding 30 seperti versi aslinya,” jelas Aidil ditemuai Disway Malang di booth-nya.
Pembuatan komponen dilakukan secara lengkap sebagaimana konstruksi bangunan sungguhan. Tim memproduksi beton sendiri, membuat kolom, balok, tulangan besi, hingga sambungan antarelemen struktur.
Contoh bentuk beton, kolom, balok, tulangan besi, dan sambungan antar elemen struktur yang di gunakan tim dalam membuat replika bangunan gedung beton pracetak apartemen 10 lantai tersebut, Rabu, 26 November 2025. -Martinus Ikrar Raditya/diswaymalang.id
Semua komponen disiapkan seakurat-akuratnya karena model tersebut merupakan representasi teknik pembangunan riil. Menurut Aidil, sambungan menjadi bagian tersulit.
Dari lebih dari seribu unit yang mereka buat, banyak yang tidak lolos uji kecocokan karena harus pas dengan lubang pada batang lainnya. “Yang paling susah itu bikin sambungan. Harus benar-benar presisi supaya pas dengan balok dan kolom,” katanya.
Kompetisi KBGI tahun ini digelar di Universitas Diponegoro (Undip) pada pertengahan November. Dari serangkaian kategori lomba mulai dari metode pelaksanaan, kesesuaian desain, gedung cepat bangun, seismik, hingga kreatif rancang bangun, tim Polinema berhasil meraih Juara 1 dan Juara Kategori.
Pada pengujian gempa, replika bangunan mereka menjadi satu-satunya dari seluruh peserta yang mampu bertahan hingga fase getaran 3,5 Hz, sebuah pencapaian yang membuat tim Polinema unggul dalam penilaian.
“Setelah dirangkai selama lima jam, gedung diuji di meja getar selama lima menit. Dari semua peserta, hanya kami yang tetap bertahan di 3,5 Hz,” ujar Aidil.
Ditampilkan Juga Crane Mini
Pada booth mereka, tim juga menampilkan model crane sebagai elemen tambahan yang biasa ada dalam metode pelaksanaan gedung. Crane mini itu tidak digunakan untuk fungsi struktural utama, tetapi menjadi alat interaktif yang membuat pengunjung, terutama siswa SMA/SMK, lebih mudah memahami alur pelaksanaan konstruksi.
Antusias para siswi SMAKN 1 Malang dalam mengoperasikan crane pada booth teknik sipil pada acara Expo PBL 2025 di Graha Polinema, Rabu, 26 November 2025. -Martinus Ikrar Raditya/diswaymalang.id
Menurut Aidil, keberadaan crane mini menambah daya tarik bagi pengunjung karena memberikan gambaran nyata bagaimana proses pemindahan material dilakukan di lapangan.
Sumber:
