1 tahun disway

30 April, Hari Stop Hukuman Fisik untuk Anak, Simak 9 Pendekatan Kreatif Ini untuk Disiplinkan Anak!

30 April, Hari Stop Hukuman Fisik untuk Anak, Simak 9 Pendekatan Kreatif Ini  untuk Disiplinkan Anak!

Memutus Kekerasan Pada Anak-pinterest-

Daripada menghukum fisik, anak bisa diajak melakukan tugas sosial sebagai konsekuensi. Misalnya, setelah berbuat salah, ia membantu menyapu halaman atau mencuci mobil.

Anak-anak yang dilibatkan dalam tugas sosial setelah kesalahan justru menunjukkan peningkatan empati dan keterampilan sosial. Misal, seorang anak yang memukul temannya bisa diajak menyusun mainan bersama temannya untuk membangun kembali relasi.

5. Kartu Emosi Magnetik: Alat Visual untuk Ledakan Emosi

Kartu emosi magnetik bisa ditempel di kulkas atau papan di rumah. Setiap anak, saat merasa marah atau sedih, diminta menempelkan kartu yang sesuai, kemudian berdiskusi setelah emosinya lebih reda.

Studi dari Frontiers in Psychology (2022) menemukan bahwa metode visual mempercepat proses anak mengenali dan memproses emosinya tanpa ledakan agresif. Misalnya, anak yang marah karena dilarang bermain gadget bisa diarahkan memilih kartu "kesal" dan diajak berbicara setelah ia tenang.

6. Lembar Resolusi Konflik: Anak Menulis Apa yang Akan Diperbaiki

Alih-alih dimarahi atau dihukum berdiri, anak diajak mengisi lembar resolusi konflik. Di situ mereka menulis atau menggambar apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya.

Refleksi tertulis membuat anak lebih sadar proses berpikir dan konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya, setelah bertengkar dengan kakak, anak menulis: “Aku tidak akan mengambil mainan kakak tanpa izin.”

7. Sistem Poin: Membangun Disiplin Lewat Reward, Bukan Rasa Takut

Sistem poin memberi anak penghargaan untuk perilaku baik, bukan sekadar menghukum perilaku buruk. Anak mengumpulkan poin untuk mendapatkan imbalan sederhana, seperti memilih menu makan malam atau memilih film untuk ditonton.

Riset dalam Journal of Positive Behavior Interventions (2022) menjelaskan bahwa sistem ini lebih efektif dibanding hukuman fisik dalam membentuk perilaku jangka panjang. Misalnya, setiap kali anak mengerjakan PR tanpa disuruh, ia mendapatkan satu bintang. Sepuluh bintang bisa ditukar dengan sesi bermain ekstra.

8. Ruang Tenang: Memberi Waktu Anak untuk Mereset Emosi

Ruang tenang adalah sebuah sudut khusus di rumah di mana anak bisa pergi saat merasa marah, sedih, atau frustrasi. Berbeda dari "time out" hukuman tradisional, ruang ini dilengkapi bantal empuk, buku gambar, atau alat sensorik untuk membantu anak menenangkan diri.

Biarkan anak memilih untuk menenangkan diri secara mandiri lebih efektif membangun regulasi diri dibandingkan metode hukuman fisik. Misalnya, saat seorang anak berteriak karena rebutan mainan, orang tua bisa menawarkan: "Mau ke ruang tenang dulu supaya bisa merasa lebih baik?"

9. Perjanjian Emosi: Kesepakatan Tertulis Antara Orang Tua dan Anak

Sumber: pediatrics journal