Jika pada tekanan tertentu, mesin dengan bahan bakar bensin sudah meletus, etanol tidak. Etanol baru akan meletus dengan tekanan lebih tinggi.
Sehingga, compression ratio bisa ditingkatkan. Dari compression ratio ditingkatkan efisiensi termal bisa meningkat. Dampak selanjutnya, efisiensi termal mesin lebih oke.
UB Jajaki Penggunaan Hydrous Ethanol sebagai BBM
Universitas Brawijaya (UB) sepakat dengan kebijakan pemerintah dalam hal pemanfaatan BBM dengan bauran etanol lebih tinggi. UB juga sudah melakukan riset dan kajian terkait BBM dengan bauran etanol ini, sejak lama.
Ini seiring dengan riset dan kajian tentang pemanfaatan etanol sebagai BBM yang secara nasional dilakukan sudah lama. Sekitar tahun 1980-an, waktu itu dipimpin Menristek BJ Habibie.
Berbeda dengan bauran bensin dan etanol diatas, UB bahkan sudah melakukan uji coba pemanfaatan hydrous ethanol. Yaitu, campuran etanol dan air (tanpa bensin sama sekali), hingga 15 persen air, bahkan sampai 30 persen air. Campuran ini sudah diuji untuk mesin kecil, dan tidak ada masalah. Mesin bisa menyala dan running well.
Sebagai informasi, hydrous ethanol ini sudah berhasil digunakan di berbagai macam kendaraan di Brasil. Akan tetapi pemerintah Brasil membatasi kadar air dalam hydrous ethanol maksimal 5 persen. Sedangkan UB merintis hydrous ethanol untuk kendaraan dengan kadar air 15 persen.
Mengapa 15 persen? Karena dengan kadar air 15 person, maka hydrous ethanol bisa diproduksi oleh UMKN dengan teknologi murah. Tidak seperti bensin dan air, etanol dan air keduanya memiliki senyawa polar sehingga bisa terlarut sempurna, sehingga tidak ada masalah dalam pembakaran. Walau kadar air sampai 30 persen.
Saat ini, UB sedang melakukan penyusunan road map pengembangan hydrous ethanol sebagai BBM. Rektor UB sangat concern dalam hal ini, dan menegaskan UB siap mendukung dan bersinergi dengan pemerintah dalam pengembangan pemanfaatan bioetanol dalam BBM. Sekaligus mengawali penggunaan hydrous ethanol menjadi BBM di Indonesia.
Prototype mobil dengan bahan bakar etanol yang dikembangkan UB--Istimewa
Rekomendasi Strategi Wujudkan Platfrom BBM dengan Etanol
Agar rencana pemerintah meningkatkan penggunaan BBM dengan bauran etanol lebih tinggi bisa terealisasi dengan mulus, berikut beberapa elemen yang menjadi bagian dari platform transisi menggunakan etanol. yang harus disiapkan.
Bahan baku lokal: Pengembangan bahan baku etanol dari tanaman seperti tebu, sorgum, singkong, hingga residu pertanian agar tidak ganggu pangan. Contoh: Pertamina telah menandatangani pembangunan pabrik bioetanol dari molase di Banyuwangi.
Pembangunan fasilitas produksi: Untuk memenuhi kebutuhan etanol yang besar jika program E10 atau lebih diterapkan. Pada saat ini kapasitas produksi nasional masih jauh di bawah kebutuhan.
Kebijakan penetapan campuran: Kebijakan mandatori/paksa penggunaan etanol dalam bensin sebagai bagian transisi, misalnya E5/E10.
Sinkronisasi lintas sektor: Karena meliputi pertanian, industri pengolahan, transportasi, regulasi, dan distribusi BBM. Dibutuhkan koordinasi pemerintah, daerah, dan swasta.
Dukungan regulasi dan pembiayaan: Agar proyek-proyek etanol (dan bioenergi lainnya) layak secara ekonomi, termasuk insentif, regulasi yang mendukung, dan pembiayaan transisi.
Beberapa Catatan dan Tantangan Platform BBM dengan Etanol
Sebaliknya, juga ada beberapa tantangan dan catatan penting yang harus diperhatikan dalam penerapan platform BBM etanol ini. Yakni:
- Kapasitas produksi saat ini masih jauh di bawah kebutuhan jika program E10 atau lebih tinggi jadi diterapkan. Contoh: produksi etanol ≈ 180 ribu kiloliter/tahun, kebutuhan E5 saja 1,9 juta kiloliter/tahun.
- Ketersediaan bahan baku dan diversifikasi bahan baku menjadi penting agar tidak mengganggu komoditas pangan.
- Infrastruktur distribusi dan adaptasi mesin BBM perlu diperhatikan. Kombinasi etanol dalam bensin bisa menuntut perubahan teknis dan penyesuaian.
- Aspek regulasi dan governance, kebijakan, perencanaan daerah, dan pembiayaan masih harus diperkuat.
- Aspek kesetaraan sosial dan ekonomi. Yakni, Transisi harus memperhatikan dampak bagi pekerja, petani, masyarakat lokal agar tidak terjadi kerugian sosial.
- Kesimpulan
- Platform transisi energi nasional untuk etanol di Indonesia melibatkan banyak aspek — bukan hanya “campurkan etanol ke bensin”, tapi juga mencakup pengembangan bahan baku, produksi, regulasi, pembiayaan, dan distribusi.
- Jika dijalankan dengan baik, ini bisa memperkuat ketahanan energi, mengurangi impor BBM, serta membuka peluang ekonomi dari sektor pertanian dan bioenergi.