Terus melonjaknya harga minyak yang merupakan bahan baku bahan bakar minyak (BBM), mendorong pemerintah segera mewujudkan ketentuan untuk memberlakukan kadar bauran etanol dalam BBM hingga 10 persen. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan BBM dengan bauran etanol 10 persen atau E-10 ini akan mulai diwujudkan dalam dua tahun mendatang.
Saat ini, pemanfaatan etanol sebagai bauran BBM sebenarnya sudah dilakukan di Indonesia. Namun, dengan kadar bauran 3,5 persen (E3,5) hingga 5 persen (E5). Itu pun, masih terbatas dijual di beberapa Sentra Penjualan BBM Umum (SPBU) dalam bentuk Pertamax Green 95.
Memperhatikan aspek ekonomis, aspek kepentingan lingkungan dan juga aspek manfaat bagi mesin kendaraan, pemerintah berencana meningkatkan bauran etanol di BBM hingga 10 persen.
Apa kelebihan menggunakan etanol sebagai bauran BBM? Apa manfaatnya bagi kendaraan, dan juga dampak bagi lingkungan maupun perekonomian nasional?
Dampak Ekonomi: Mengurangi Impor BBM
Etanol dihasilkan dari tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Terutama, tebu, jagung dan singkong. Dengan demikian, memproduksi etanol akan menjadi lebih murah.
Apalagi, Indonesia sudah memiliki 13 pabrik bioetanol yang tersebar di berbagai wilayah. Dengan total kapasitas produksi mencapai 365 ribu kilo liter per tahun. Meski, hanya empat di antaranya memiliki sistem untuk menghasilkan etanol dengan kualitas bahan bakar kendaraan (fuel grade).
Pemerintah juga dikabarkan menyiapkan dua juta hektare lahan untuk pengembangan swasembada gula terintegrasi dengan produksi bioetanol di Papua Selatan. Hal ini, antara lain untuk mencukupi kebutuhan etanol sebagai bahan baku, saat ketentuan BBM E-10 diberlakukan.
Dengan bauran bahan baku etanol yang merupakan produksi dalam negeri, akan mengurangi kebutuhan impor minyak. Lebih-lebih, jika kadar bauran ditingkatkan hingga lebih tinggi, 15 person, bahkan 30 persen. Maka, akan lebih banyak menghemat devisa, karena terjadi penurunan angka impor minyak.
Belum lagi dampak ekonomi dari peningkatan produksi tanaman penghasil etanol. Berbeda dengan bensin yang bersumber dari fosil, etanol dihasilkan dari sumber yang renewable. Dari tanaman. Sehingga, saat pemanfaatan meningkat, produksi tanaman penghasil etanol juga akan meningkat.
Prof. Dr. Eng. Eko Siswanto, ST, MT--
Selain dampak ekonomi dari produksi tanaman, saat pemanfaatan BBM dengan bauran etanol meningkat, juga akan membawa dampak, produksi pengolahan etanol akan meningkat. Bukan hanya di skala industri besar, bisa jadi industri rumahan atau UMKM juga terdampak dengan ikut memproduksi etanol.
Dampak Lingkungan: Mendorong Industri Hijau
Penambahan etanol sebagai bauran BBM juga akan memberi dampak positif terhadap lingkungan. Bauran etanol menjadikan proses pembakaran lebih sempurna dan efisien. Sehingga, bisa mengurangi emisi gas buang.
Dengan pembakaran yang lebih sempurna dan kandungan oksigen lebih banyak, kadar karbon monoksida yang dihasilkan juga berkurang signifikan. Selain karbon monoksida, yang juga akan berkurang secara signifikan adalah kadar gas hidrokarbon dalam gas buang.
Itu sebabnya, di banyak negara, penggunaan bioetanol sebagai BBM sudah umum. Bahkan, dengan kadar bauran lebih tinggi. Karena, sudah terbukti, bauran etanol dalam BBM, menghasilkan emisi gas buang yang lebih aman, dan dengan demikian mendukung terwujudnya kualitas udara yang lebih baik.
Dampak ke Efisiensi Termal: Mesin Lebih Oke
Pembakaran dalam mesin yang lebih efisien dengan menggunakan BBM yang berbaur etanol, juga membawa dampak terhadap peningkatan performa mesin. Kelebihan BBM dengan bauran etanol adalah, oktan lebih tinggi dari bensin. Jadi lebih tahan terhadap tekanan, kompresi.