MALANG, DISWAYMALANG.ID--Gajah Sumatera, hewan yang tergolong satwa dilindungi, terancam makin berkurang populasinya. Ini menyusul kematia seekor anak gajah Sumatera bernama Kalishtha Lestari (Tari), di camp Elephants Flying Squad, Lubuk Kembang Bunga, Kabupaten Pelalawan, Riau baru-baru ini.
Hasil pemeriksaan laboratorium memastikan kematian gajah betina berusia 2 tahun ini disebabkan oleh Elephant Endotheliotropic Herpesvirus (EEHV), virus mematikan yang kerap menyerang anak gajah Asia.
Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) mengirimkan sampel organ Tari ke Laboratorium Medika Satwa di Bogor untuk pemeriksaan PCR.
Dari lima organ yang diperiksa jantung, hati, ginjal, paru-paru, dan usus organ hati menunjukkan hasil positif EEHV, sementara organ lainnya negatif.
“Kehilangan Tari menjadi pengingat betapa rentannya satwa langka ini, sekaligus memperkuat komitmen kami dalam upaya perlindungan dan perawatan gajah di Tesso Nilo,” tulis pernyataan resmi Balai TNTN.
Apa Itu Virus EEHV?
Menurut para ahli, EEHV merupakan salah satu penyebab utama kematian mendadak pada anak gajah Asia. Virus ini menyerang pembuluh darah hingga menimbulkan perdarahan di berbagai organ.
Dr. drh. Albiruni Haryo, M.Sc, AP.Vet, dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, menjelaskan bahwa EEHV bisa menetap di tubuh gajah tanpa gejala, lalu tiba-tiba aktif dan mematikan.
drh. Albiruni Haryo, M.Sc, AP.Vet, dosen Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya, Malang.--Albiruni Haryo
“Gejala awal biasanya samar, seperti lesu atau pembengkakan wajah. Namun dalam 1 hingga 3 hari, kondisi bisa memburuk drastis. Tanpa penanganan cepat, anak gajah berisiko mati mendadak,” ujarnya.
Tantangan Penanganan di Lapangan
Albiruni menyebut ada beberapa kendala dalam penanganan EEHV, mulai dari deteksi dini yang sulit, terbatasnya alat diagnostik cepat, hingga mahalnya obat antivirus.
“Dosis antivirus untuk gajah sangat besar dan harganya tinggi. Belum lagi akses menuju lokasi konservasi yang jauh, membuat tim dokter berpacu dengan waktu,” jelasnya.
Hingga kini, vaksin untuk EEHV belum tersedia. Karena itu, langkah pencegahan, surveilans kesehatan, dan kerja sama antar-lembaga menjadi kunci mengurangi risiko kematian anak gajah.
Ancaman Serius bagi Konservasi
Kematian Tari menambah daftar panjang gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang terancam punah. Dengan populasi yang terus menurun, kehilangan satu individu muda menjadi kerugian besar bagi pelestarian.
“EEHV bukan hanya persoalan medis, tapi juga masalah konservasi. Gajah adalah satwa kunci ekosistem hutan. Menjaga gajah berarti menjaga keseimbangan lingkungan,” kata Albiruni.
BACA JUGA:Polinema Gelar Manajerial Diri 2025, Bekali Mahasiswa Baru untuk Siap Bersaing Global