Momen Hari Keanekaragaman Hayati, Saatnya Pikirkan Ruang Bangunan Juga untuk Kepentingan Makhluk Hidup Lain!

Kamis 22-05-2025,07:51 WIB
Reporter : Immanuela Regina
Editor : Agung Pamujo

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Setiap tanggal 22 Mei, dunia memperingati Hari Internasional Keanekaragaman Hayati sebagai pengingat betapa pentingnya menjaga keberagaman makhluk hidup di Bumi.

Di tengah tantangan perubahan iklim dan urbanisasi yang cepat, peran arsitek dan desainer semakin krusial dalam melestarikan keanekaragaman hayati melalui inovasi desain bangunan. Dari green building hingga biophilic design, upaya menjaga flora dan fauna lokal bukan lagi sekadar pilihan estetika, melainkan kebutuhan mendesak untuk pembangunan berkelanjutan.

BACA JUGA:22 Mei Hari Keanekaragaman Hayati, Yuk Belajar Etika Bertualang di Alam Yang Ramah Biodiversitas

Dengan tema tahun 2025 “Harmony with Nature and Sustainable Development,” sudah saatnya kita melihat bangunan bukan hanya sebagai ruang manusia, tapi juga sebagai habitat yang ramah bagi makhluk hidup lainnya.

Mari Kita Ulas!

1. Gunakan Material Lokal dan Ramah Biodiversitas

Penggunaan material lokal dalam konstruksi bangunan tidak hanya mengurangi jejak karbon akibat transportasi, tetapi juga mendukung pelestarian ekosistem setempat. Material seperti batu alam, bambu, dan kayu bersertifikasi dari hutan lestari memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan sintetis atau impor. Selain itu, material alami ini sering kali menyediakan habitat mikro bagi berbagai organisme, seperti serangga dan mikroba tanah, yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

Dalam studi yang dipublikasikan oleh Journal of Cleaner Production Elsevier (2021), disebutkan bahwa penggunaan material lokal dapat meningkatkan jangka hidup dari tanaman dan tumbuhan hingga 30% .

2. Buat Taman Vertikal dengan Spesies Endemik

Taman vertikal adalah cara efektif untuk menambahkan elemen hijau pada dinding bangunan, terutama di area dengan lahan terbatas. Dengan menanam spesies endemik secara vertikal, kita tidak hanya mempercantik bangunan, tetapi juga menyediakan habitat bagi serangga dan burung kecil. Taman vertikal juga membantu meningkatkan kualitas udara dan memberikan isolasi termal tambahan bagi bangunan.

Instalasi taman vertikal sebaiknya menggunakan sistem modular yang memudahkan penggantian tanaman dan pemeliharaan. Pilihan spesies harus mempertimbangkan ketahanan terhadap kondisi lingkungan seperti cahaya, kelembapan, dan suhu dinding. Kombinasi tanaman berbunga dan berdaun lebat dapat meningkatkan daya tarik visual sekaligus daya dukung ekologis taman vertikal tersebut.

3. Integrasikan Kolam Resapan sebagai Ekosistem Air Mini

Kolam resapan tidak hanya berfungsi sebagai pengelola air hujan, tetapi juga dapat menjadi ekosistem air mini yang mendukung keanekaragaman hayati. Dengan desain yang tepat, kolam ini dapat menjadi habitat bagi berbagai spesies, seperti katak, capung, dan mikroorganisme air, yang berperan penting dalam rantai makanan dan pengendalian hama alami. Kolam resapan juga berkontribusi pada pengisian air tanah dan pengurangan risiko banjir.

Kategori :