Selanjutnya, chatgpt akan memberikan evaluasi kalimat demi kalimat beserta saran perbaikannya.
8. Simulasi Jawaban Sebagai Uji Coba
Untuk mengetahui apakah pertanyaan sudah cukup menggugah atau belum, chatgpt dapat diminta berperan sebagai narasumber dan menjawab pertanyaan seolah-olah sedang diwawancara.
Ini bisa menjadi simulasi awal untuk mengantisipasi apakah pertanyaan terlalu mudah, terlalu pribadi, atau justru kurang menggali informasi yang dibutuhkan, namun simulasi ini tidak boleh dijadikan patokan utama, karena chatgpt tetaplah robot, bukan manusia.
Contohnya:
“Bertindaklah sebagai mahasiswa semester 7 yang aktif menjadi relawan di daerah bencana. Berikut ini pertanyaan wawancaranya: 'Apa tantangan terbesar saat pertama kali turun ke lapangan?' Tolong jawab secara deskriptif seolah sedang diwawancarai.”
9. Brainstorming Pertanyaan Tambahan
Dalam beberapa kasus, mahasiswa mungkin sudah menyusun pertanyaan utama namun merasa perlu menambah variasi gaya bertanya agar wawancara tidak monoton.
Chatgpt bisa digunakan untuk membuat versi lain dari pertanyaan yang sama dengan sudut pandang atau pendekatan yang berbeda. Ini bisa memperkaya struktur wawancara tanpa mengulang makna yang sama.
Prompt untuk kebutuhan ini misalnya:
“Sudah ada 5 pertanyaan wawancara terkait persepsi mahasiswa terhadap kuliah daring. Mohon bantu buatkan 5 pertanyaan tambahan dengan pendekatan yang berbeda: misalnya dari sisi keluarga, teknologi, atau emosional.”
Tapi, Tetap Ingat : AI Bukan Pengganti Pikiran Peneliti, Tapi Mitra Proses Berpikir.
AI tidak dapat menggantikan kemampuan berpikir kritis dan empati manusia dalam penelitian kualitatif.
Namun, ketika digunakan dengan kontrol dan niat yang jelas, teknologi ini bisa menjadi pendamping yang sangat membantu.
Dengan kata lain, AI tidak berada di posisi pengambil keputusan, melainkan sebagai mitra dalam proses berpikir.
Cukup jadikan sebagai mitra yang membantu, semua pemikiran kritis, alur berpikir harus tetap sesuai dengan mahasiswa yang sedang menjalankan skripsi.