Namun dalam Journal of Child and Family Studies (2018), dijelaskan bahwa membenci orang tua tidak selalu membawa kelegaan jangka panjang. Justru proses penerimaan dan pengolahan luka adalah hal yang paling melegakan secara psikologis, meskipun tidak selalu diikuti dengan rekonsiliasi.
Membenci bukan satu-satunya jalan untuk menyembuhkan luka.
Namun pelajaran bagi seorang ayah, jangan anggap diamnya anak sebagai tanda penerimaan; bisa jadi itu bentuk dari perjuangan batin yang berat untuk tidak membenci.
4. Memaafkan Itu Pilihan, Bukan Kewajiban
Dalam Return of the Jedi, Luke tidak hanya memaafkan ayahnya. Tapi itu adalah pilihannya, bukan kewajiban. Ini penting: banyak anak merasa harus memaafkan agar dianggap “anak baik”, padahal memaafkan perlu kesiapan batin.
Jurnal Personality and Social Psychology Bulletin (2020) menyebutkan bahwa memaafkan yang dipaksakan justru memperburuk luka batin dan bisa menimbulkan rasa bersalah yang tidak sehat. Proses ini harus lahir dari pemahaman diri dan keinginan, bukan tekanan moral.
Seorang anakberhak menentukan kapan (atau apakah) siap memaafkan.
Di sisi lain, bagi orang yang sudah menjadi seorang ayah, jangan menuntut maaf sebagai hak, karena maaf adalah anugerah yang hanya bisa lahir dari luka yang telah dipahami.
5. Masa Lalu Ayah Tidak Menentukan Masa Depan Anak
Vader adalah pengkhianat. Tapi Luke tetap menjadi Jedi, pahlawan, penyelamat. Ini adalah pelajaran penting: anak bisa tumbuh berbeda dari ayahnya. Lingkaran setan bisa diputuskan.
Journal of Adolescent Research (2016) menyatakan bahwa anak-anak dari keluarga disfungsional punya peluang besar untuk “melawan arus” jika mereka memiliki dukungan lingkungan yang sehat, role model baru, dan keinginan untuk berubah. Tidak semua luka harus diwariskan.
Masa lalu keluarga tidak harus mengurung masa depan. Seorang anak bisa memilih jalur yang berbeda.
6. Sisi Baik Ayah Bisa Tersembunyi Tapi Ada
Meski Vader tampak tanpa ampun, Luke selalu percaya ada kebaikan dalam dirinya. Ternyata benar dan terdapat kesempatan kedua baginya di return of jedi. Banyak anak yang hanya melihat sisi buruk ayahnya—kemarahan, kekerasan, atau dinginnya komunikasi. Tapi sering kali, itu hanya “kulit luar” dari jiwa yang juga terluka.
Menurut Journal of Emotional Abuse (2002), banyak ayah yang menunjukkan perilaku negatif sebenarnya menyimpan luka masa kecil yang belum selesai. Mereka butuh bantuan, bukan kebencian.
Jangan tutup kemungkinan bahwa ayah juga manusia yang pernah terluka dan belajar bertahan dengan caranya sendiri.