4 Mei, Hari Pemadam Kebarakan Internasional: Profesi Pemadam Kebakaran Tidak Bisa Diremehkan!

Minggu 04-05-2025,06:31 WIB
Reporter : Immanuela Regina
Editor : Agung Pamujo

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Mereka tidak viral di TikTok. Tidak pula jadi role model ala anak gen z. Tapi tanpa mereka, satu kota bisa hancur dalam waktu beberapa jam.

Tanggal 4 Mei diperingati sebagai Hari Pemadam Kebakaran. Namun, bagi mereka yang setiap hari hidup berdampingan dengan asap, ledakan, dan waktu yang tak menunggu — tidak ada bedanya tanggal merah atau hitam. Seragam tetap harus dikenakan. Alarm tetap bisa bunyi jam 2 dini hari.

Banyak yang mengira pemadam hanya butuh badan kekar dan semangat tinggi. Padahal, pekerjaan ini adalah perpaduan antara ketahanan fisik, kecerdasan taktis, serta kepekaan emosional. Mereka harus kuat, cerdas, terlatih, dan... tidak gampang panik.

1. Pekerjaan yang Mengandalkan Otot Sekaligus Otak

Tidak ada yang lebih multitasking daripada pemadam kebakaran. Di satu waktu, mereka harus menjinakkan api, mencari korban, mengamankan area, hingga memastikan evakuasi berjalan aman. Semua itu dilakukan sambil membawa beban lebih dari 30 kilogram di tubuh mereka — dari tabung oksigen, baju tahan panas, helm, hingga peralatan rescue.

Tapi otot saja tidak cukup. Pemadam juga harus tahu bagaimana membaca arah asap, memperkirakan titik api, hingga strategi ventilasi agar bangunan tidak meledak. Kesalahan satu langkah bisa berakibat fatal. Bukan cuma untuk dirinya, tapi juga untuk korban dan seluruh tim.

2. Risiko Kematian yang Selalu Mengintai

Masuk ke dalam bangunan terbakar sama saja seperti berjudi dengan waktu. Suhu di dalam bisa mencapai 500°C di langit-langit. Oksigen minim. Asap tebal. Belum lagi risiko runtuhan atap, ledakan gas, hingga short circuit.

Menurut data NFPA (National Fire Protection Association), profesi pemadam kebakaran termasuk dalam 10 besar pekerjaan paling mematikan di dunia. Bahkan, banyak kasus pemadam meninggal bukan karena terbakar — tapi karena sesak napas, kelelahan ekstrem, atau serangan jantung akibat overheat.

3. Tidak Ada Jadwal Tidur yang Normal

Mereka siaga 24 jam. Kadang baru tidur jam 1 malam, tiba-tiba sirine berbunyi jam 2. Mereka harus bangun, lari ke mobil damkar, pakai perlengkapan dalam waktu kurang dari 2 menit, dan langsung meluncur.

Setelah pulang pun belum tentu bisa tidur. Mungkin harus lanjut mengisi laporan kejadian, bersih-bersih alat, atau latihan ulang. Profesi ini membuat siklus hidup jadi tidak biasa — dan itu butuh fisik serta mental yang sangat kuat.

4. Skill Dasar: Kuat, Tangguh, dan Nggak Mudah Panik

Pemadam harus punya daya tahan fisik yang luar biasa. Mereka dibiasakan untuk berlari sambil membawa beban berat, simulasi di ruang gelap berasap, hingga pelatihan mental agar tetap tenang saat situasi chaos.

Karena begitu api mulai menjalar, waktu untuk berpikir cuma sekian detik. Tidak boleh panik. Tidak boleh bingung. Semua harus sudah terprogram di kepala. Dan itu hanya bisa dicapai dengan latihan berkali-kali.

Kategori :