Metode seperti role play, poster informatif, hingga kampanye digital disebut sebagai langkah efektif membangun self-awareness dan budaya kerja yang aman.
BACA JUGA:Viral Kasus Pelecehan Saat Periksa Kandungan, Kenali SOP-nya untuk Jaga-Jaga!
Penanganan Berbasis Empati dan Privasi
Dalam menangani kasus yang terjadi, pendekatan yang berpihak kepada korban menjadi kunci.
Faridho menekankan pentingnya empati dan perlindungan terhadap identitas korban.
“Sistem pelaporan harus bersifat tertutup dan menjaga kerahasiaan, agar korban merasa aman dan percaya untuk berbicara,” ujarnya.
Pendekatan psikologis juga diperlukan dalam proses penyembuhan. Dengan adanya trauma healing dan dukungan sosial dari lingkungan sekitar sangat penting agar korban bisa kembali pulih dan menjalani hidupnya tanpa bayang-bayang trauma.
Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan
Namun, Faridho mengakui bahwa tantangan masih besar. Banyak masyarakat, bahkan tenaga medis, masih memiliki pandangan konservatif yang menyalahkan korban.
“Paradigma ini harus diubah. Kita harus berani menyatakan bahwa korban tidak bersalah, dan pelaku harus diberi sanksi tegas,” tegasnya.
Sebagai penutup, Faridho berharap adanya kebijakan kampus dan rumah sakit yang jelas dan berpihak.
“Harapan kami, baik di lingkup pendidikan maupun layanan kesehatan, ada kebijakan yang menekan potensi pelaku dan memberikan perlindungan optimal bagi korban,” tutupnya.