4. Pakai Tangan sebagai Alat Ukur Porsi
Tidak punya timbangan? Gunakan tangan. Telapak tangan untuk protein, kepalan tangan untuk karbo, dua genggaman untuk sayur, dan ibu jari untuk lemak (seperti minyak atau selai).
Studi dari “British Journal of Nutrition” (2020) menyarankan metode berbasis tangan sebagai alternatif edukasi porsi makan yang efektif untuk remaja dan dewasa muda. Teknik ini terbukti meningkatkan kesadaran makan dan membantu kontrol kalori harian tanpa perlu alat khusus.
5. Jangan Makan Sambil Main HP
Makan sambil nonton atau scrolling bikin kamu nggak sadar udah makan berapa banyak. Fokus ke makananmu, kunyah perlahan, dan nikmati setiap gigitan. Ini bikin otakmu sadar kapan harus berhenti.
Jurnal “Physiology & Behavior” (2016) menemukan bahwa makan sambil terdistraksi (misalnya menatap layar) meningkatkan asupan kalori hingga 15% lebih banyak dan memperlambat sinyal kenyang ke otak. Ini menyebabkan risiko over-eating yang lebih tinggi, terutama pada populasi usia kuliah.
6. Tambah Sayur, Kurangi Nasi
Kalau kamu ingin nambah, nambah sayur dulu. Bukan nasi. Sayur punya kalori rendah tapi volume tinggi, jadi bikin kenyang lebih lama tanpa membuat porsi makan membengkak.
Ini disebut strategi ‘low energy density diet’ yang cocok diterapkan pada mahasiswa dengan budget terbatas.
7. Masak Sendiri: Ukur Sendiri Porsinya
Masak sendiri bikin kamu bisa atur porsi sesuai kebutuhan. Misal, tumis 1 genggam bayam, 1 butir telur, dan 1 centong nasi. Lebih hemat, lebih sehat, dan kamu belajar memahami kebutuhan tubuh sendiri.
Penelitian dalam “Public Health Nutrition” (2018) menunjukkan bahwa mahasiswa yang memasak sendiri minimal 3 kali seminggu memiliki pola makan lebih seimbang dan kontrol porsi lebih baik dibanding yang selalu membeli makanan luar. Selain itu, mereka cenderung mengurangi konsumsi lemak trans dan gula tambahan.