1 tahun disway

Tak Lekang Waktu, Inilah 9 Tradisi Upacara dan Pertunjukan di Jawa Timur yang Masih Dilestarikan

Tak Lekang Waktu, Inilah 9  Tradisi Upacara dan Pertunjukan di Jawa Timur yang Masih Dilestarikan

Tradisi Nyadran Dam Bagong di Trenggalek--trenggalekkab.go.id

Tak kalah unik, masyarakat Osing di Banyuwangi menggelar Tradisi Kebo-keboan setiap 10 Suro. Warga berdandan menyerupai kerbau dan berkeliling kampung sambil membawa Dewi Sri yang dianggap sebagai simbol kesuburan. Tradisi ini dipercaya sebagai tolak bala dan wujud terima kasih atas hasil panen yang melimpah.

Sejarahnya, dahulu hidup seorang bernama Buyut Karti yang menghadapi wabah penyakit di daerahnya. Buyut Karti mendapat wangsit untuk melepaskan wabah tersebut harus merias diri menjadi kerbau.

5. Upacara Nyewu Dina

Masyarakat menyebut Nyewu Dina dikarenakan orang-orang yang ditinggalkan mendiang memperingati 1000 hari setelah kematiannya.

Tradisi ini dilakukan dengan membuat perkumpulan di rumah untuk mendoakan mendiang agar diampuni dari segala dosa-dosanya selama hidup. Setelah melakukan doa, mereka akan dihidangkan makanan dan makan bersama-sama.

6. Nyadran Dam Bagong

Tradisi Nyadran Dam Bagong adalah upacara menumbalkan kepala kerbau di Dam Bagong Ngantru yang bertujuan untuk menolak bala dan menghaturkan rasa syukur kepada Tuhan atas manfaat Dam tersebut. 

Upacara ini berasal dari Trenggalek, Jawa Timur yang diawali dengan berdoa di samping makam Adipati Menak Sopal. Ia adalah seorang ulama yang berjasa dalam pembangunan dam tersebut.Dahulu kala, saat ia gagal membangun alat pengairan, ayahnya menyarankan untuk menumbalkan kepala gajah putih dan memasukkannya ke dalam Sungai Bagong yang ternyata berhasil.

Setelah melakukan doa, mereka berkumpul di area makam sambil menikmati hiburan gamelan. Kemudian para pemuda melemparkan kepala kerbau sebagai puncak acara dan dilanjut dengan pertunjukan wayang kulit setelahnya. Upacara ini dilaksanakan setiap hari Jumat Kliwon pada bulan Selo.

7. Karapan Sapi

Tradisi pacuan sapi khas Pulau Madura ini diyakini telah muncul sejak abad ke-13 pada masa Pangeran Katandur yang mengajarkan masyarakat bercocok tanam padi dan tembakau. Perlombaan ini awalnya menjadi ajang hiburan rakyat setelah panen, namun kini menjelma menjadi kompetisi bergengsi yang memerlukan persiapan panjang.

Sapi-sapi pacu dirawat dengan telaten dengan diberi pakan bergizi, dipijat setiap sore, hingga dilatih di lintasan khusus. Saat lomba, dua ekor sapi diikat pada kereta kayu kecil yang dikendarai seorang joki. Mereka berlari sekencang-kencangnya di lintasan 100 meter sambil diiringi musik saronen khas Madura yang membangkitkan semangat.

Kemenangan dalam Karapan Sapi bukan hanya soal hadiah, tetapi juga gengsi dan kehormatan desa. Kini, tradisi ini juga menjadi magnet wisata budaya, menarik ribuan pengunjung dari berbagai daerah dan mancanegara. Demi kelestarian dan kesejahteraan hewan, aturan lomba pun terus diperbarui.

8. Reog Ponorogo

Pertunjukan seni yang memadukan kekuatan fisik, musik tradisional, dan kisah legenda yang tak asing lagi adalah Reog Ponorogo.

Sumber: traveloka.com