Tak Lekang Waktu, Inilah 9 Tradisi Upacara dan Pertunjukan di Jawa Timur yang Masih Dilestarikan
Tradisi Nyadran Dam Bagong di Trenggalek--trenggalekkab.go.id
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang kian cepat saat ini, sejumlah tradisi upacara adat maupun seni pertunjukan dan permainan di Jawa Timur tetap bertahan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Tradisi-tradisi tersebut bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga mengandung nilai filosofi mendalam.
Itu juga bisa dliihat dari beragam jenis upacara adat yang jadi tradisi, dengan masing-masing memiliki filosofi makna dan juga tujuan. Mulai dari yang berkaitan dengan panen, rasa syukur, penghormatan atau kematian. Beberapa upacara adat bahkan cukup terkenal, hingga mengundang para wisatawan.
Ingin tahu apa saja upacara adat Jawa Timur itu? Yuk, simak daftar berikut ini:
1. Upacara Larung Sembonyo
Di pesisir selatan, khususnya di Pantai Prigi, Trenggalek, Larung Sembonyo menjadi momen sakral bagi nelayan. Mereka melarungkan sesaji kelaut sebagai bentuk doa keselamatan dan kelancaran rezeki berupa tangkapan ikan.
Mitosnya, dahulu kawasan Prigi dibabad oleh Temenggung Yudho Negoro dan empat saudaranya. Maka, mereka juga melakukannya sebagai penghormatan kepada leluhur yang berjasa membuka kawasan ini.
Masyarakat setempat percaya jika meninggalkan tradisi ini, mereka takut mendapat gangguan ketika melaut, termasuk musibah gagal panen.
Upacara Larung Sembonyo dilakukan pada hari Senin Kliwon bulan Selo dan tentunya dilakukan secara beramai-ramai yang sering kali menarik perhatian wisatawan.
2. Upacara Keduk Beji
Tradisi berikutnya yang masih dijaga adalah Upacara Keduk Beji. Keduk Beji merupakan sebuah ritual pembersihan mata air yang diyakini warga setempat menjaga kelestarian sumber kehidupan. Tradisi ini diadakan di Wisata Pemandian Tawun, Kasreman. Selain membersihkan mata air, mereka juga masuk ke dalam mata air dan membawa sesajen.
Tujuan lain dari Keduk Beji adalah untuk mengenang hilangnya Raden Ladrojo/Ludrojoyo yang sedang bertapa sambil berendam. Diharapkan dengan tradisi setiap tahun pada hari Selasa Kliwon tersebut, mata air akan terus mengalir dengan lancar. Harapan tersebut diiringi dengan dua juru kunci dan warga laki-laki memasukkan kendi kecil berisi sesajen dan badeg.
3. Upacara Yadnya Kasada
Di wilayah pegunungan Tengger, Kabupaten Probolinggo, Upacara Yadnya Kasada menjadi ritual sakral. Setiap tahunnya, masyarakat Suku Tengger membawa hasil bumi menuju kawah Gunung Bromo sebagai bentuk syukur dan permohonan berkah.
Yadnya Kasada berlangsung dengan dipimpin oleh Dukun Pandita. Dukun Pandita memulai upacara dengan pembacaan doa dan disusul arak-arakan menuju kawah Bromo sambil membawa sesajen yang nantinya akan dilempar ke dalam kawah. Arak-arakan biasanya berlangsung dini hari, sekitar jam empat pagi. Oleh karena itu, masyarakat berjalan dengan membawa obor dan diiringi suara gamelan.
4. Kebo-keboan
Sumber: traveloka.com
