BMKG Kembangkan Inovasi Peringatan Dini, Mampu Lebih Presisi dan Awal Deteksi Gempa Bumi dan Cuaca Ekstrem
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati--disway news network
JAKARTA, DISWAYMALANG.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengembangkan inovasi dalam hal informasi peringatan dini akan terjadinya bencana. Baik bencana gempa bumi maupun dampak dari cuaca ekstrem.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, BMKG menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan sistem peringatan dini yang lebih inovatif dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
"Sistem peringatan dini ini yang akan menyelamatkan kita, sekaligus memperkuat fondasi menuju Indonesia Emas 2045,” kata Dwikorita, dalam keterangannya Senin (21/5).
Dia menyebut, inovasi BMKG ini bukan hanya soal digitalisasi. "Tapi membangun sistem yang membuat semua pihak bisa bertindak sebelum bencana datang," jelasnya.
Dwikorita menegaskan bahwa pengelolaan alam secara positif, kolaboratif, dan berbasis sains adalah kunci agar Indonesia tidak hanya tangguh. Namun juga ugggul dalam menghadapi masa depan.
Meningkatnya frekuensi bencana dan perubahan iklim tidak boleh membuat bangsa ini kehilangan arah.
Justru dengan kondisi tersebut, menurut dia harus dimanfaatkan sebagai peluang untuk memperkuat ketahanan dan mendorong percepatan pembangunan berkelanjutan.
"Bencana memang makin sering terjadi. Namun, jika kita melihat keseluruhan waktu kehidupan, peristiwa tersebut hanya terjadi pada nol-koma-sekian persen saja. Sementara di 99 persen sisa waktu yang ada (normal)," katanya.
BACA JUGA:Ini Penjelasan Tentang Fenomena Aphelion yang Disebut-sebut Salah Satu Penyebab Mbediding
Peringatan Dini Gempa, Cuaca dan Iklim
Ada tiga inovasi strategis BMKG yang dipaparkan Senin (21/7). Pemaparan inovasi ini juga dalam rangka peringatan Hari Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nasional (HMKGN) ke-78.
Inovasi yang pertama adalah pengembangan Earthquake Early Warning System (EEWS). Yaitu sistem peringatan dini gempa bumi berbasis hitung mundur.
Inovasi tersebut saat ini tengah diuji coba di empat provinsi: DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Lampung.
Sistem ini mampu mengenali gelombang primer gempa sebelum getaran dirasakan oleh masyarakat. Sehingga, memberikan waktu jeda yang sangat penting untuk melakukan langkah-langkah penyelamatan dini.
BACA JUGA:Lonjakan Wisman Capai 14 Ribu Orang, Stasiun Malang Jadi Gerbang Wisata Dunia
Sumber: disway.id
