1 tahun disway

26 April, International Intellectual Property Day : Menggunakan AI Dengan Bijak, Hindari Plagiarisme!

26 April, International Intellectual Property Day : Menggunakan AI Dengan Bijak, Hindari Plagiarisme!

Hari Kekayaan Intelektual 2025 ; Hindari Plagiarisme!-Graphicspic-

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Teknologi kecerdasan buatan memang memudahkan. Dengan satu perintah, bisa lahir esai bahkan penelitian. Tapi di balik kemudahan itu, ada jebakan yang sering luput dari perhatian: potensi plagiarisme.

Meski AI menyusun kalimat baru, bukan berarti hasilnya bebas dari kemiripan struktur, gaya, maupun isi dengan tulisan yang sudah ada.

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia hari ini menjadi pengingat pentingnya menghormati hasil karya, tak terkecuali di era digital.

Apalagi saat AI semakin lekat dengan proses belajar dan berkarya.

Maka, penting untuk memahami cara bijak menggunakan AI, sekaligus memastikan hasilnya tetap orisinal dan bebas dari pelanggaran etika akademik maupun profesional!

1. Gunakan AI Hanya untuk Draft Awal

Kecerdasan buatan sebaiknya diperlakukan sebagai asisten, bukan penulis utama. Ketika digunakan untuk membuat draf awal, AI membantu menyusun ide secara cepat. Namun, hasil tersebut belum tentu layak dijadikan produk akhir yang langsung diserahkan atau dipublikasikan.

Setelah menerima output dari AI, perlu dilakukan proses evaluasi dan penyuntingan. Kalimat-kalimat harus disesuaikan dengan konteks tugas, gaya penulisan pribadi, dan kejelasan argumen. Dengan begitu, hasil akhirnya mencerminkan proses berpikir sendiri, bukan sekadar menyalin hasil mesin.

2. Gunakan Prompt Spesifik dan Kontekstual

Semakin umum perintah yang diberikan ke AI, semakin besar kemungkinan hasilnya menyerupai teks yang telah digunakan orang lain. Kalimat pembuka seperti “Buatkan argumentasi tentang perubahan iklim” berisiko menghasilkan tulisan yang generik dan mudah dikenali sebagai buatan mesin.

Sebaiknya, buat perintah yang lebih terarah dan rinci, misalnya dengan menyebut lokasi, gaya bahasa, sudut pandang, atau audiens. Permintaan seperti “Tuliskan esai semi-formal tentang dampak perubahan iklim di kawasan pesisir Indonesia bagian timur” akan memancing respons yang lebih spesifik dan minim kemiripan dengan output lain.

3. Parafrase Tidak Cukup, Ubah Juga Strukturnya

AI memiliki kemampuan untuk memparafrase kalimat dengan mengganti kata menggunakan sinonim. Namun, penggantian semacam itu belum tentu membuat tulisan terbebas dari plagiarisme, terutama jika struktur kalimat masih sama dengan sumber aslinya.

Untuk membuat tulisan benar-benar berbeda, perlu dilakukan rekonstruksi kalimat. Artinya, tidak hanya mengganti kata-kata, tetapi juga mengatur ulang susunan kalimat, alur logika, dan gaya penulisan. Hal ini akan memperkuat kesan bahwa tulisan tersebut benar-benar hasil refleksi pribadi, bukan salinan digital.

Sumber: reddit